Faisal Rizal menunjukkan foto almarhum ibunya, Suparlyah, di rumahnya, Jalan Suningrat 19, Desa Ketegan RT 9 RW 2, Taman, Senin (29/1/2018). (detik.com)

SIDOARJO | duta.co – Akhir-akhir ini di media sosial heboh dengan beredarnya video ‘perawat suntik mayat’ di Rumah Sakit Siti Khodijah Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pihak RS menyebut video itu hoax dan diduga disebar oleh keluarga pasien.
“Video (perawat suntik mayat) yang tersebar di media sosial saat itu hoax alias bohong. Kami mengetahui motif penyebarannya dilakukan secara sistematif dan masif,” kata kuasa hukum RS Siti Khodijah, Masbuhin, Selasa (30/1/2018).

Almarhum Suparlyah (ist)

Masbuhin mengaku telah mengantongi nama yang sengaja menyebar video itu ke medsos tetapi enggan menyebutkan. Pihak rumah sakit berencana memperkarakan si penyebar dengan Undang-undang ITE. “Kami akan menuntut,” katanya.
Dalam catatan kronologi yang diterima wartawan, Senin (29/1/2018) malam, pasien bernama Suparlyah (67), warga Jalan Suningrat Nomor 14, Sidoarjo, mendatangi rumah sakit pada 20 Desember 2017 pukul 04.54.
Pasien mengeluh pusing, mual, nyeri perut, dan tidak mau makan. Setelah dilakukan tindakan oleh dokter di IGD dan diberi obat, pasien diperbolehkan pulang.
Siang harinya pukul 12.47, pasien kembali datang dengan keluhan Iemah pada anggota gerak kanan, nyeri kepala, dan muntah. Dokter pun kembali memberikan perawatan dan tindakan medis. Karena kondisi tertentu, pasien tersebut harus dirawat inap.
Pukul 22.00, perawat membangunkan pasien yang sedang tidur untuk diberi obat injeksi Vomceran dan OMZ. “Sebelum diberi obat injeksi, perawat memeriksa pernapasan dan denyut nadi. Saat itu napas pasien teratur dan denyut nadi kuat,” kata Masbuhin.
Pukul 22.20, dokter Hamdan melakukan visite dan pemeriksaan pasien. Dari hasil pemeriksaan diketahui nadi pasien 74 x/menit, S1 S2 tunggal Rh, Wh, dan CVA infark. “Saat pemeriksaan, pasien masih hidup dan diketahui keluarga,” ujar Masbuhin.
Pukul 22.35, dokter Hamdan meninggalkan pasien untuk melakukan visite ke pasien lainnya. Pukul 22.45, keluarga pasien menghubungi perawat dan perawat langsung melakukan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan, Sp02 tidak muncul, tensi tidak terukur, dan nadi tidak teraba.
“Perawat lalu melapor ke dokter Hamdan, yang saat itu langsung memeriksa pasien dan melakukan pijat jantung, tetapi tetap tidak menyelamatkan jiwa pasien. Pasien dinyatakan meninggal sekitar pukul 23.00 akibat serangan jantung,” ucap Masbuhin.
“Dari kronologi itu jelas, apa benar kompetensi perawat dan dokter kami separah itu, tidak bisa bedakan antara orang hidup atau mati,” kata Masbuhin.
Dia mengira, keluarga pasien kecewa dan nekat menyebar video itu tidak sabar menunggu. “Karena, memang jumlah antara pasien yang masuk dengan tenaga medis yang ada tidak seimbang. Sementara, visit yang harus dilakukan oleh dokter spesialis kepada pasien harus bergantian,” ujar Masbuhin.
Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, mengaku tengah menyelidiki kasus itu. Tetapi, pihak rumah sakit mengaku hingga kini belum menerima surat panggilan dari Kepolisian. “Belum ada laporan,” tutur Masbuhin seperti dikutip dari viva. tom, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry