SIDOARJO | duta.co – Kreatif! Calon Wakil Bupati Sidoarjo, Mimik Idayana, dinilai cukup kreatif. Ia berhasil ‘memancing’ warga Sidoarjo dengan pantunnya yang menggelitik. Pantun itu dibaca saat closing statement pasangan calon (Paslon) nomor 1, Subandi-Mimik Idayana, dalam debat publik Pilkada Sidoarjo, Kamis (31/10) malam.
Sampai sekarang, judul pantun itu masih menggelinding di media sosial. Baik didorong oleh pendukungnya mau pun rivalnya. “Pantun Jangkrik Subandi-Mimik: Simbol Perlawanan Anti-Korupsi dan Harapan Baru Sidoarjo,” demikian salah seorang warganet memberikan opininya yang panjang di sebuah Medos, terbaca duta.co, Senin (04/11/24).
Kalimatnya sederhana, “Nang sawah onok jangkrik, unine Krik Krik krik. Pilih Subandi-Mimik, untuk Sidoarjo Baik Baik Baik,” begitu Mimik Idayana yang kebagian menutup pernyataan dalam debat tersebut. Lalu, banyak media memberi ‘pembelaan’. Pasangan Subadin-Mimik (BAIK) dinilai lebih menguasai materi.
Tak kalah menarik adalah pantun ‘Jangkrik’. Banyak respons bermunculan. Dari yang tertawa lepas, kritik tajam sebagaimana komentar para pendukung lawan politik, hingga diskusi mendalam yang membongkar makna di balik kalimat tersebut.
“Apakah pantun ini sekadar permainan kata atau memiliki pesan yang lebih mendalam bagi warga Sidoarjo? Ini menarik dicermati,” tegas salah seorang warganet.
Aktivis anti-korupsi Sidoarjo, Sigit Imam Basuki ST, mengapresiasi semangat pasangan BAIK untuk memberantas korupsi di Kabupaten Sidoarjo. Menurut Ketua Umum JCW (Java Corruption Watch) ini, ada kesadaran bersama bahwa korupsi harus dibersihkan di bumi Sidoarjo.
“Saya pribadi mengapresiasi closing statement BAIK. Ini tanda bahwa kita sadar akan bahaya korupsi. Kalau komtimen itu datang dari bakal calon Bupati, ini tanda keseriusan anti korupsi, daerah ini insyaAllah bisa membangun. Sebaliknya, kalau belum-belum sudah menciderai hati nurani rakyat, bagaimana kalau jadi?,” urainya.
Warganet juga menyebut patun ‘Jangkrik’ Mimik bukan sekedar hiburan. Di balik kesederhanaannya, tersembunyi makna yang dalam dari sekadar hiburan. “Jangkrik dikenal pengusir hewan tikus. Korupsi harus menjadi musuh bersama. Jangkrik juga lambang pemimpin yang fokus, peka. Tidak hanya itu, jangkrik dipercaya sebagai penanda keberuntungan dan kelimpahan, simbol bahwa sesuatu yang baik akan datang menghampiri,” tulisnya.
Warganet juga bertanya: Mengapa pantun ini digunakan Paslon Subandi-Mimik? Dahulu, katanya, orang Jawa sering memelihara jangkrik di rumah sebagai salah satu cara alami mengusir tikus, hama yang merusak.
“Dalam tataran politik, tikus sering kali dikaitkan dengan simbol korupsi dan perilaku merugikan masyarakat. Dengan kata lain, jangkrik dalam pantun tersebut menyiratkan sebuah pesan satir: mereka hadir untuk menjaga dan melindungi Sidoarjo dari ancaman hama politik, yaitu korupsi dan ketidakjujuran yang sudah berulang kali menghantui pemerintahan daerah ini,” tambahnya.
Sidoarjo, demikian insan medsos, dalam sejarah politiknya telah mengalami masa-masa sulit, di mana kepercayaan masyarakat goyah akibat kasus-kasus korupsi yang mengemuka. Paslon Subandi-Mimik tampaknya ingin mengingatkan warga bahwa sudah saatnya memilih pemimpin yang memiliki jangkauan luas, mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat, dan memiliki kepekaan untuk mendengarkan aspirasi rakyat.
“Pantun ini seolah mewakili semangat baru yang ingin mereka bawa, yakni fokus dan keberanian untuk membersihkan pemerintahan dari praktik-praktik yang menggerogoti kepercayaan publik. Penutupnya ‘Sidoarjo Baik Baik Baik’ bukan hanya slogan kosong, tetapi janji akan perbaikan berkelanjutan,” jelasnya.
BAIK Sulit Dibendung
Dukungan untuk pasangan BAIK sulit dibendung. Dukungan untuk Subandi dan Mimik Idayana diyakini tebus 70 persen dalam Pilkada Sidoarjo 2024. Ribuan Relawan AKAR (Adies Kadir-Adam Rusydi) telah memelopori kemenangan besar itu.
Sabtu malam (2/112024), ribuan Relawan AKAR menggebyarkan sholawatan bersama mubaligh Ustad Maulana di GOR Sidoarjo. GOR tersebut penuh sesak. Relawan AKAR yang terus berdatangan membuat GOR seakan menyempit.
”Sholawatan bersama Relawan AKAR adalah bentuk rasa syukur saya, Adam Rusydi, dan teman-teman Fraksi Partai Golkar Sidoarjo. Kami sudah dibantu Relawan AKAR hingga duduk di legislatif,” demikian disamnpaikan Adies Kadir yang notabene Wakil Ketua DPR RI.
Dukungan BAIK yang makin menguat ini, tentu, membuat kubu rival harus pasang kuda-kuda. Selain mengandalkan Muslimat NU di Sidoarjo, rival BAIK juga menggunakan Khofifah-Emil sebagai pelatuk dukungan. “Tetapi sayang seribu sayang, tidak nyambung. Jamaah Muslimat NU Sidoarjo, misalnya, tidak bisa dipaksa lari dari BAIK. Ini justru menunjukkan kepanikan mereka,” tegas salah seorang aktivis Muslimat NU kepada duta.co.
Menurutnya, kalau mau memenangkan Khofifah-Emil, maka, menangkan BAIK di Sidoarjo. “Di sana ada Partai Gerindra, ada Partai Golkar, ada Partai Demokrat. Bukan partai yang anti Bu Khofifah-Emil. Semua paham, sampai nenek-nenek pun paham, bahwa, Sidoarjo waktunya dipimpin sosok anti korupsi, figur yang selesai dengan diri sendiri,” tegasnya sambil tersenyum. (loe)