Busana-busana yang tampil di ajang Surabaya Fashion Parade 2019 di Tunjungan Plasa Surabaya, Rabu (24/4). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Keinginan Pemerintah Kota Surabaya untuk mengangkat para perajin batik khususnya untuk bisa tampil nasional bahkan internasional selangkah demi selangkah mulai tercapai.

Melalui ajang Surabaya Fashion Parade (SFP) 2019, hasil para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) itu kini bisa dilihat jutaan pasang mata.

Alphiana Chandrajani seorang desainer baju muslim yang juga Ketua Indonesia Fashion Chamber (IFC) Surabaya yang menjadikan sembilan perajin batik Surabaya itu boleh bengga dengan hasil karyanya.

“Semua karena awalnya keinginan Bu Risma (Walikota Surabaya Tri Rismaharini,red) yang meminta ke saya pokoknya bagaimana caranya perajin batik Surabaya ini bisa naik kelas. Bisa diterima masyarakat nasional bahkan internasional,” jelas Alphiana di selama SFP di Tunjungan Plasa Surabaya, Rabu (24/4).

Keinginan Risma kata Alphiana tidak lain karena Surabaya ini sudah menjadi destinasi internasional.

Banyak turis manca negara yang bertandang ke Surabaya. Bahkan, kapal-kapal pesiar dari luar negeri sudah banyak yang bersandar di Pelabutan Tanjung Perak.

Dari tantangan Risma itu, Alphiana mulai berpikir. Bagaimana batik bisa menjadi ciri khas Surabaya yang berbeda dari daerah lain terutama motif dan warna. “Kalau ngejreng sudah ada Madura, kalem ada Pekalongan,” tuturnya.

Akhirnya para perajin itu diberi kain putih dari berbagai bahan untuk dibuat motif dan pewarnaan yang merupakan hasil eksperimen bersama.

Batik yang motif dan pewarnaannya dibuat UMKM Surabaya (kiri) bisa tampil di ajang bergengsi,. DUTA/endang

“Yang jelas saya buat desainnya. Saya gambar-gambar, lalu dari gambar itu saya ingin motif batik seperti ini yang berbeda-beda dalam satu baju serta warna yang cocok seperti apa. Pokoknya eksperimen,” jelasnya.

Akhirnya hasil gemblengan selama sebulan lebih, batik hasil karya sembilan perajin itu dengan desain dari Alphiana bisa tampil di ajang bergengsi. “Kita buat baju muslim, atasan dan banyak lagi lainnya,” tutur Alphiana.

Di tahun ke-12, SFP 2019 mengambil tema Fusione. Fusione berasal dari bahasa Italia yang berarti perpaduan dan berbauran. Di perhelatan yang ke 12 ini IFC dan Tunjungan Plaza menitik beratkan pada sebuah kesatuan unsur yang saling berbaur untuk menuju satu tujuan untuk berhasil bersama.

“Pemberdayaan UMKM ini sesuai dengan tema besar Surabaya Fashion Parade. Tujuannya berhasil bersama,” tandas Alphiana.

Banyak designer yang berpartisipasi dalam ajang ini, baik designer lokal,nNasional dan juga luar negeri.

Designer kenamaan seperti  Restu Anggraini “Etu”, Danjyo Hiyoji, Yosafat Dwi Kurniawan, Wilsen Willim, Geraldus Sugeng juga akan berpartisipasi dalam acara ini. Selain itu designer kenamaan asal Bangkok Vorravaj juga ikut ambil bagian.

Salah satu desainer Gita Orlin menampilkan baju-baju koleksi Ramadan dan Lebaran 2019. Dikatakannya, untuk momen penting itu, dia masih mengaku pada warna-warna pastel serta model-model desain abaya, kaftan shar’i.

Selain itu, akan tampil pula baju rancangan istri dari Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Shobibah Rohmah melalui brand fashionnya Obit. end