dr Marinda Dwi Puspitarini,M.Si
Dosen Fakultas Kedokteran (FK)

PERINGATAN Hari Pangan Sedunia diperingati setiap tanggal 16 Oktober menjadi momentum refleksi mendalam bagi Indonesia untuk mengakselerasi upaya “Transformasi Sistem Pangan untuk Masa Depan yang Sehat dan Berkelanjutan.”

Sejalan dengan perayaan 80 tahun berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disebut Food and Agriculture Organization (FAO), tema global tahun ini, “Hand in Hand for Better Foods and a Better Future,” menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.

Tantangan pangan di Indonesia saat ini bersifat kompleks. Negara menghadapi masalah malnutrisi ganda, di mana angka stunting (kekurangan gizi kronis) masih tinggi, sementara prevalensi obesitas dan penyakit terkait diet juga terus meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya sistem pangan yang tidak seimbang, di mana akses terhadap pangan bergizi, aman, dan terjangkau masih menjadi isu krusial.

Empat Pilar Perbaikan FAO sebagai Panduan Aksi

FAO menegaskan bahwa mencapai dunia tanpa kelaparan dan malnutrisi membutuhkan kerja tim yang merangkul semua pihak, dari pemerintah hingga individu. Aksi kolektif ini dipandu oleh empat pilar utama yang dikenal sebagai Four Betters (Empat Pilar Perbaikan):

• Produksi Lebih Baik (Better Production): Menciptakan sistem pertanian yang efisien, adaptif terhadap iklim, dan berkelanjutan, yang memproduksi varietas pangan lebih banyak dan beragam.

• Gizi Lebih Baik (Better Nutrition): Memastikan pola makan sehat yang berbasis gizi dan aman dapat diakses dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, terutama keluarga rentan.

• Lingkungan Lebih Baik (Better Environment): Mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan berkelanjutan, serta meminimalkan dampak lingkungan, termasuk emisi gas rumah kaca dari sistem pangan.

• Kehidupan Lebih Baik (Better Life): Mendukung penghidupan yang inklusif, mengurangi ketidaksetaraan, dan memberdayakan petani kecil serta pekerja di seluruh rantai nilai pangan.

Mendorong Transformasi di Konteks Indonesia

Untuk mewujudkan transformasi sistem pangan yang berkelanjutan di Indonesia, fokus harus diarahkan pada langkah-langkah nyata:

●      Diversifikasi Pangan Lokal: Pemerintah, didukung akademisi seperti IPB, harus memprioritaskan pengembangan dan promosi konsumsi pangan lokal selain beras (misalnya sagu, umbi-umbian, dan kacang-kacangan) untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengatasi defisit gizi.

●      Atasi Limbah Pangan: Indonesia perlu secara agresif mengatasi masalah kehilangan dan limbah makanan (food loss and waste). Upaya ini tidak hanya menghemat sumber daya, tetapi juga mengurangi kontribusi sistem pangan terhadap krisis iklim.

●      Pemberdayaan Petani Kecil: Peran petani sebagai agen perubahan harus didukung melalui kebijakan yang menjamin akses ke teknologi, modal, dan pasar yang adil, sehingga mereka dapat memproduksi pangan yang lebih bergizi dan efisien.

●      Peran Konsumen: Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk membuat pilihan pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan, termasuk mengurangi konsumsi yang merusak lingkungan dan memilih produk lokal.

Peringatan Hari Pangan Sedunia 2025 menjadi seruan bagi semua pemangku kepentingan—mulai dari pembuat kebijakan, sektor swasta, akademisi, hingga setiap keluarga—untuk bergandengan tangan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Empat Pilar Perbaikan, Indonesia dapat memastikan bahwa tidak ada satupun warga negara yang tertinggal dalam meraih hak atas pangan yang sehat dan berkualitas. *

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry