Tampak suasana pertemuan tokoh-tokoh Islam dari Indonesia. Mereka bergerak untuk memahamkan Islam Nusantara, Islam yang rahmatan lilalamin. (FT/kumparan)

AMSTERDAM | duta.co – Kegembiraan menyelimuti hati warga nahdliyin di Amsterdam, Belanda. Sudah bertahun-tahun mereka berikhtiar memiliki masjid sendiri, sekarang baru kesampaian. Tepatnya di daerah Amsterdam, masjid bernama Al-Ikhlash itu menjadi masjid kedua yang dikelola kaum nahdliyin setelah masjid di Den Haag.

Masjid ini merupakan bagian integral dari gedung Indonesisch Cultureel Centrum (Pusat Kebudayaan Indonesia) beralamat di  jalan Jan van Gentstraat 140, Badhoevedorp, Amsterdam.

“Selain ruang besar yang difungsikan sebagai masjid, juga terdapat kelas-kelas madrasah, ruang kantor, dan fasilitas workshop atau mini-seminar,” demikian diampaikan Hansyah Iskandar dari Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Belanda kepada kumparan di Den Haag, Selasa (28/3/2017).

Masjid swadaya kaum muslimin Indonesia ini akan diresmikan oleh Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin pada Selasa malam waktu setempat atau Rabu (29/3/2017) WIB.

Menag didampingi Dubes RI untuk Belanda I Gusti Wesaka Puja, Dubes RI untuk Lebanon Achmad Chozin Chumaidy, Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, Dubes RI untuk Aljazair Safira Machrusah dan Dubes RI untuk Azerbaijan Husnan Bey Fananie.

Menag berada di Belanda untuk membuka dan memberi ceramah pada konferensi internasional “Rethinking Indonesia’s Islam Nusantara”, yang diselenggarakan oleh NU Belanda di kampus Vrije Universiteit Amsterdam.

Masjid ini dibeli dengan pendanaan yang dihimpun dari para anggota organisasi payung Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME) Al-Ikhlash Amsterdam, simpatisan dan donatur utama dari Indonesia, yakni H Anif.

Kegiatan di masjid ini secara rutin antara lain salat berjamaah lima waktu, juga pendidikan anak-anak dan remaja setiap hari Minggu, istigotsah setiap Sabtu pertama tiap bulan, kegiatan budaya dan olah raga, serta diskusi dan temu budaya.

Melalui budaya Nusantara, masjid ini menjadi pusat kegiatan yang mengenalkan Islam yang ramah, merangkul, rileks dan tidak eksklusif di tengah pergaulan masyarakat Eropa yang belakangan ini semakin kuat dibayangi Islamofobia.

Ekspresi semacam ini dinilai memberi alternatif positif terhadap kesan miring pada sebagian masyarakat Barat yang selama ini menganggap penduduk Muslim di Belanda gagal berintegrasi, berpandangan kontra demokrasi Barat, dan secara langsung maupun tidak langsung mendukung aksi kekerasan dan teror.

Sejak dibeli dan digunakan kurang dari setahun, telah banyak tokoh Indonesia yang berkunjung ke masjid ini dan berdialog dengan masyarakat Indonesia di Belanda, antara lain Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Walikota Bandung Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

“Peresmian masjid ini adalah momen yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia di Amsterdam dan sekitarnya, yang telah lama ingin memiliki gedung sendiri untuk aktivitas budaya dan keagamaan,” imbuh KH Muzayyin, salah satu pendiri organisasi PPME.

Dengan pembelian Masjid Al-Ikhlash di Amsterdam ini berarti komunitas NU di Belanda telah mempunyai dua masjid di bawah pengelolaannya, setelah sebelumnya Masjid Al-Hikmah hasil waqaf atas nama kakaknya pengusaha Probosutedjo.  Selain dua masjid tersebut, di Belanda juga masih terdapat masjid lainnya milik komunitas muslim Indonesia di berbagai kota, antara lain Amsterdam, Utrecht, dan Rotterdam, yang bentuknya tidak selalu berupa gedung mandiri. (kmp)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry