Pedagang sayuran melayani calon pembeli di Pasar Tradisional, Cikurubuk, Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (5/8). Pasca Lebaran harga komuditas sayuran di Tasikmalaya berangsur turun setelah mengalami kenaikan saat Lebaran. Cabe merah dari harga Rp 25.000 manjadi Rp 20.000 per kilogram, bawang merah Rp 25.000 menjadi Rp 20.000 per kilogram, tomat Rp 10.000 menjadi Rp 6.000 per kilogram. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/ss/mes/14
JAKARTA | duta.co – Masyarakat kembali harus tercekik menghadapi kenaikan harga pangan pokok menjelang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Apalagi kenaikannya sangat tinggi. Pemerintah seperti tidak berdaya menghadapi masalah ini.
Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Abdullah Mansuri, saat dihubungi Senin (3/12), membenarkan sejumlah komoditas harganya naik pada minggu-minggu ini. “Iya, naik,” katanya.
Beberapa bahan pangan pokok yang harganya naik tersebut yakni minyak goreng curah yang kemarin di angka Rp 12 ribu kini Rp 12.500 per liter. Begitu juga dengan aneka cabai yang mengalami kenaikan harga. Cabai rawit merah mengalami kenaikan sekitar Rp 300 sampai Rp 500 per kg dari Rp 32.700 ke Rp 33.400.
“Bawang merah juga potensinya kelihatan. Sekarang Rp 29.700 per kg dari sebelumnya Rp 29 ribu per kg,” ujar dia.
Telur ayam saat ini dijual di angka Rp 24.600 per kg, idelanya harga telur di kisaran Rp 21 ribu per kg. Sedangkan harga daging ayam masih bertahan di angka Rp 35 ribu per kg. Angka itu gawat. “Menurut saya ini angka yang sangat mengkhawatirkan,” katanya.
Sebab, untuk harga daging ayam dan telur ayam belum bisa diturunkan pemerintah sejak empat bulan lalu. Saat itu kenaikan terjadi lantaran adanya kendala pada pakan jagung. “Semuanya karena pangan sih jadi merembet,” lanjut dia.
Sejumlah pedagang berharap agar Pemerintah mengantisipasi masalah ini. Sebab bila tidak kasihan rakyat. “Ini tugas Pemerintah,” kata salah seorang pedagang Selasa (4/12).
Meski telah mengalami kenaikan harga, diakui Abdullah, belum terjadi adanya kenaikan permintaan kecuali pada Sabtu dan Minggu. “Dua hari itu kan banyak keluarga yang kumpul. Momen-momen itu baru ada kenaikan permintaan,” kata dia.
Menurutnya, harga mengalami kenaikan lantatan stok yang tidak banyak terutama pada cabai dan bawang. Stok dua komoditas tersebut mengalami gangguan karena musim hujan dan membuat distribusi berkurang.
Sementara itu Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi mengakui adanya indikasi kenaikan permintaan pada hari besar keagamaan maupun perayaan tahun baru. Berdasarkan survey di 18 kota yang tersebar di 12 provinsi, beras mengalami kenaikan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru masing-masing satu persen.
Permintaan tertinggi terjadi pada Idul Fitri yang mencapai 20 persen. “Tapi setelah Idul fitri selesai (kembali normal, red)” kata dia. Sedangkan kenaikan permintaan pada puasa sebesar tiga persen dan 2,5 persen pada Idul Adha.
Begitu juga dengan komoditas lain seperti cabai rawit yang mengalami kenaikan permintaan signifikan. Pada bulan puasa naik sebesar 28 persen dan 58 persen pada Idul Fitri. Pada Idul Adha mengelami peningkatan permintaa sebanyak 22 persen. Namun untuk Natal dan Tahun Baru termasuk rendah di angka enam persen dan 10 persen.
“Kita lakukan survey untuk antisipasi,” katanya.
Dengan berbekal hasil survey tersebut, pihaknya bisa mengatasi dengan melakukan distribusi guna stabilisasi harga. Cara lain yang dilakukan adalah meningkatkan stok lebih banyak pada momen khusus dibanding hari biasa. “34 persen lebih daripda hari biasa,” tambah dia. (rpk/hud)
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry