KH Suyuthi Toha, Pengasuh Pondok Pesantren Mansy'aul Huda Banyuwangi, Jawa Timur. (FT/Youtube)

SURABAYA | duta.co — KH Suyuthi Toha, ulama kharismatis Jawa Timur, notabene Pengasuh Pondok Pesantren Mansy’aul Huda, Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, adalah salah satu kiai yang konsisten dalam barisan pemenangan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.

Ternyata, santri kesayangan Mbah Maimun Zubair (Sarang, Jawa Tengah) ini, mengaku prihatin melihat penataan atau konflik yang terjadi di NU belakangan ini. “Saya ditanya ‘minta apa’ sekarang kiai (ketika Prabowo menjadi Presiden RI)? Saya jawab, sebagai orang ndeso. Saya tidak minta ‘neko-neko’, hanya satu permintaan saya, dzurriyah muassis (pendiri) NU menjadi Menteri Agama,” jelasnya Kiai Suyuthi mengisahkan dialognya dengan tim pemenangan Prabowo Subianto.

Lalu siapa orangnya? “Di Partai Gerindra itu ada Wakil Ketua Umum KH Irfan Yusuf Hasyim. Gus Irfan ini cucu Mbah Hasyim, dzurriyah muassis NU. Kalau Menteri Agama RI dari dzurriyah muassis, saya yakin tidak akan ada yang berani neko-neko,” tegasnya.

Gus Irfan Yusuf Hasyim (kanan) di tengah-tengah peserta Konferwil XVIII NU Jatim. (FT?IST)

Kedua, lanjut Kiai Suyuthi, jamiyyah (organisasi) NU juga akan berjalan dengan baik, tidak penuh kontroversi. Begitu pun birokrasi di Kemenag, akan berjalan baik. “Saya sudah sampaikan itu sebulan lalu. Dan domain kita cuma ikhtiar, berusaha. Soal jadi atau tidak, itu urusan Allah SWT. Tetapi, insyaAllah demi penataan organisasi, dan kemaslahatan ummat, inil jalan terbaik,” tegasnya.

Mengembalikan kepada dzurriyah muassis memang menjadi jargon nahdliyin. Pun ketika bicara soal sejarah berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Ini tidak bisa lepas dari peran Tebuireng, sebagai kiblat berdirinya NU. Maka, memberi peluang dzurriyah muassis adalah sebuah keniscayaan.

Usuan Kiai Suyuthi ini, dinilai sangat tepat. Karena dulu , Hindia Belanda saja memberikan penghargaan atas jasa jasanya soal keagamaan dan kemasyarakatan (hanya saja Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari menolak) lencana penghargaan itu.

“Ketika Indonesia memasuki era penjajah Jepang lagi-lagi Tebuireng (hadratus Syaikh) mendapat mandat memegang somubu (semacam kementrian agama). Tetapi karena memilih fokus di pesantren, maka, tugas sehari-hari dilimpahkan ke putranya KH Wahid Hasyim,” demikian komentar H Nur Hadi ST, warga NU Sidoarjo tentang usulan Gus Irfan sebagai menteri Agama.

Nah ketika Indonesia merdeka, kementerian agama juga diamanahkan kepada KH Wahid Hasyim. Ialah yang meletakkan dasar dasar penting tentang Kementerian Agama. “Ini karena Tebuireng mampu menyatukan berbagai elemen pandangan keagamaan. Karena itu, hujjah Kiai Suyuthi, menjadikan Gus Irfan sebagai Menteri Agama, sangat bisa dipahami. Ini yang akan membuat marwah NU terjaga, begitu juga Islam sebagai agama ramatan lilalamin,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry