Keterangan foto Universal inspiration.blogspot.com

SURABAYA | duta.co – Jejak media sosial menyambut pasangan Capres-Cawapres belum finish. Sampai sekarang komentar masih mengalir. Sosok negarawan Prof Dr Mahfud MD dan Prof DR KH Ma’ruf Amin paling banyak memperoleh ‘ucapan’. Keduanya mendapat pujian dari mayoritas nahdliyin melalui grup medsosnya.

“Ini skenario Gusti Allah. Tidak ada kuasa manusia. Dalam hitungan menit, nama Cawapres Jokowi bisa berubah. Kiai Ma’ruf adalah sosok penting dalam aksi menyudahi kedigdayaan Ahok. Hari ini, peran beliau, sama, menyudahi Jokowi,” demikian @bima_sda, Sabtu (11/8/2018).

Inilah 4 reaksi warganet yang perlu diketahui Jokowi:
  1. Demi Allah, Saya Ndak Tega!

Untuk kesekian kali NU diuji, dengan kekuasaan duniawi. Politik praktis kembali menyeret NU untuk larut pada kontestasi  5 tahunan di negeri ini. Khittah 1926 yang dicetuskan pada saat Muktamar Situbondo tahun 1984, seolah menjadi bias arti.

Lebih menyedihkan lagi “penghinaan” Jokowi dan koalisinya terhadap NU. Rais Aam Syuriah yang seharusnya menjadi “Maha Guru” bagi Nahdliyyin, yang kalamnya seharusnya menjadi fatwa, dipaksa hanya menjadi cawapres. Mengkerdilkan NU yang hari ini menaungi 91 juta lebih jamaahnya.

Padahal posisi Rais Aam dalam konteks sosial bernegara seharusnya lebih daripada itu, sebagai guru bangsa sebagai pengayom umat di republik yang heterogen ini. Khittah 1926 seharusnya menjadi acuan bagi warga NU baik struktural maupun kultural untuk menegaskan kembali NU sebagai jamiyyah diniyah ijtimaiyah. Dan memberi kebebasan bagi jamaahnya dalam memilih saluran politik, yang tidak bertentangan dengan prinsip dasar dan karakter ahlussunnah wal jamaah annahdliyyah.

Demi Allah saya ndak tega, melihat orang nomor wahid di NU nantinya harus bedebat diatas panggung, menjadi sorotan atau bahkan mungkin jadi bahan ketawaan. Padahal seharusnya setiap ucapannya adalah jembatan langit dan bumi. Lantas siapa yg akan “membawa turun” rahmat langit bagi semesta alam ini?

Kyai Makruf, ngapunten… saya juga ndak tega kalau nanti panjenengan harus jingkrak-jingkrak diatas panggung kampanye bareng artis-artis hiburan, atau ikut flash mob pada saat CFD-an di Sudirman. Demi meraih simpati pemilih kebanyakan.

Kyai, siapa nanti yg memimpin kami tahlilan? ketika nanti panjenengan harus kampanye blusukan.
Kyai, siapa nanti yg ngimami istighotsahan? ketika nanti panjenengan harus ikut rapat tim pemenangan.
Kyai, siapa nanti yg akan menjadi penuntun harokah annahdliyah kami, ketika panjenengan harus keliling mendampingi Jokowi.

Kyai, bismillah saya pilih Prabowo-Sandi.

@Chusni Mubarok, Jamaah NU No. KARTANU/ 3507130812830006   
  1. Karena Cinta Ulama

Kalau Antum dan Anda semua memang Cinta dan Sayang kpd Ulama. Dengan tidak memberikan beban yg begitu berat pertanggungjawabannya Dunia wal Akhirat kpd Ayahanda kita Kyai Ma’aruf Amin yg sudah semakin sepuh.

Yuk kita Ringankan beban Kyai karena Cinta kita kpd beliau dengan cara Tdk Memilih Jokowi di PILPRES 2019. Semoga kebaikan kita di catat sebagai Amal ibadah dan Ayahanda Kyai Ma’aruf Amin selalu diberi kesehatan. Aamiin ya Robal’allamin. @tmdzi.Grupnahdliyintulen.

  1. Takut Kualat

Saudaraku, jangan pernah berhenti cinta ulama. Jangan pula pernah menciderai kyai-kyai kita. Kita rs tetap hrmat dan mahabbah kepada ulama, apalagi kepada Almukarrom Kyai Ma’ruf Amin. Beliau adalah ulama, ketua mui, rois aam pbnu. Keturunan orang besar pula.

Jangakan untuk menghujat, menghina, meremehkan beliau, mencoblos gambarnya saja kita tidak akan berani. Takut Kualat.

Coblos saja prabowo-sandi, biar dia yang mempertanggungjawabkan urusan negara ini di akhriat. @hirsya

4. Hanya Madura yang Bisa Begini

Meme yang bisa membuat Jokowi dan Banteng terkaget.

Bravo Pak Mahfud, sy bangga bpk tidak kecewa, hanya kaget. Warga Madura senang dg sikap kenegarawanan bpk. Kt ambl hikmahnya, kita tenggelamkan banteng. Hanya Madura yg bisa begini, disini banteng terkapar. @ahmadrais

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry