
SURABAYA I duta.co- Nama Khairul Umam yang akrab disapa Haji Her kini sering terdengar di tengah hamparan ladang tembakau Madura. Sosoknya menjadi buah bibir bukan tanpa alasan. Ia dianggap membawa angin perubahan bagi para petani tembakau yang selama ini terjebak dalam lingkaran kerugian dan ketidakpastian.
Kisah perjuangannya berawal dari keprihatinan sederhana. Haji Her sering mendengar keluh kesah para petani yang merugi hingga anak-anak mereka, para santri, kesulitan membayar biaya pondok. “Banyak santri tak mampu membeli kitab dan biaya mondok karena orang tuanya gagal panen,” kenangnya, Jumat (31/10/2025) malam.
Dari kegelisahan itu, ia memutuskan untuk bertindak. Berbekal pengalaman di industri tembakau, Haji Her mendirikan PT. Bawang Mas Group, perusahaan yang membeli hasil panen petani dengan harga layak, tanpa campur tangan monopoli industri rokok besar.
Baginya, persoalan petani tembakau di Madura sebenarnya tidaklah rumit, yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk memulai langkah yang tepat dan berpihak kepada rakyat. “Menyejahterakan petani tembakau itu sederhana. Pertama, pemerintah harus hadir. Kedua, harus ada dana yang cukup untuk membeli tembakau,” tegasnya.
Haji Her juga menggerakkan sinergi antara petani dan pedagang guna memperkuat posisi tawar dan martabat mereka. Tahun ini, ia mencatat kemajuan signifikan, sekitar 70 persen petani meraih keuntungan, meski sisanya masih terkendala cuaca dan faktor alam lainnya.
Tak berhenti di bidang ekonomi, Haji Her juga menunjukkan kepedulian sosial melalui Bawang Mas Center (BMC), program yang membangun rumah layak huni gratis bagi warga kurang mampu di Pamekasan. Program ini dijalankan murni dari inisiatif pribadi, tanpa birokrasi yang berbelit.
Atas kiprahnya, Haji Her dianugerahi penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 oleh Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN). Ketua FJN, Muhammad Didi Rosadi, menyebut langkah Haji Her membeli tembakau di atas harga pasar sebagai wujud nyata keberpihakan kepada petani Nahdliyin.
“Beliau berani membeli di atas harga pabrikan besar. Dan mayoritas petani tembakau adalah warga nahdliyin,” jelasnya.
Meski telah banyak berbuat, Haji Her masih menyimpan mimpi besar: menghadirkan peran nyata pemerintah dalam membangun kemandirian ekonomi Madura melalui penguatan sektor tembakau dan garam. Ia bahkan menggagas pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus berbasis kedua komoditas tersebut.
“Jika kawasan ekonomi khusus terwujud, kesejahteraan petani meningkat dan pendapatan negara ikut bertambah,” ujarnya.
Di balik ketegasannya, Haji Her adalah sosok yang sederhana namun visioner—penyalur harapan bagi petani tembakau Madura. Melalui langkah-langkah nyata, ia telah mengubah kesulitan menjadi peluang dan menumbuhkan kesejahteraan dari tanah yang dulu penuh kegetiran. (zi)








































