SURABAYA | duta.co – Ada pertanyaan menarik di tahun politik seperti ini. Ekstrem kiri (komunis) atau ekstrem kanan (khilafah) yang mengancam eksistensi Pancasila sebagai ideologi negara? Dan dua ‘makhluk ekstrem’ itu juga menjadi isu menarik di Pilpres 2019. Untuk itu, Jumat (14/2/2019), menyambut HUT ke-18 Duta Masyarakat, digelar sarasehan kebangsaan.

“Koran Duta sudah berkali-kali menggelar seminar bahaya gerakan pro khilafah. Hasilnya gerakan ekstrem kanan ini tidak memiliki ‘daya ledak’ yang menakutkan. Sebaliknya, komunis gaya baru kini terdeteksi di semua lini, mereka berhasil menyusup di sejumlah pos strategis,” demikian disampaikan Eko Pamuji, Ketua Panitia pelaksana Sarasehan Kebangsaan dengan tajuk ‘Mengendus Komunis Gaya Baru’ di Tahun Politik, Kamis (14/2/2019).

Masih menurut Eko, sarasehan ini menghadirkan Mayjen (Purn) TNI Kivlan Zen, mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat yang paham betul seluk beluk komunis. Untuk mengendus gerakan ini, Kivlan sampai meminta anaknya berpura-pura menjadi simpatisan kelompok yang diduga terafiliasi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kivlan juga telah mencium kongres yang mengagendakan kebangkitan PKI. Dia juga mengatakan, kelompok simpatisan PKI lainnya pun membuat kegiatan serupa, kembali membangun eksistensi PKI. Mereka membuat acara-acara melawan lupa, festival belok kiri, mereka juga melakukan seminar soal PKI.

Satu hal yang ia amati, dalam kegiatan kelompok itu, seringkali mereka menyerukan bahwa PKI adalah korban dari pemerintah. Sehingga, menurut kelompok itu, pemerintah harus meminta maaf. Bahkan belakangan ada kabar mereka juga bakal mendapat santunan.

Selain Kivlan Zen ada Prof Dr Aminuddin Kasdi (Unesa) dan Drs H Arukat Djaswadi, sosok yang dikenal teliti mencermati gerakan ekstrem kiri. “Soal komunis ini kita bukan membenci orangnya, tetapi mewaspadai gerakan politiknya, karena komunis itu tanpa perasaan,” jelas Eko.

 Tahun 1965 s/d 1966 hampir tiap edisi Duta Masjarakat selalu ada kabar bahaya gerakan komunis. (FT/IST)

Selain itu, ujarnya, memasuki tahun ke-18 ini sekaligus untuk mengingatkan eksistensi Koran Duta tempo dulu. Bahwa Koran Duta Masjarakat dulu memiliki kepedulian yang tinggi dalam melawan propaganda PKI. “Karenanya, semangat Duta ini tidak boleh hilang, harus tetap waspada demi bangsa dan negara,” tegasnya. (sov)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry