Menag saat pidato di acara Dzikir Kebangsaan JATMA. (inews.id)

SURABAYA | duta.co – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar hadir dalam acara dzikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (10/8/2025) malam yang dibesut Pengurus Besar (PB) Jamiyah Ahlith Thariqah Al Mutabaroh Ahlussunnah Wal Jamaah (Jatma Aswaja).

Menag sempat mengajak masyarakat menjadikan Indonesia sebagai rumah besar umat beragama. “Mari kita menjadikan Indonesia ini sebagai rumah besar bagi umat beragama, rumah besar untuk kita semuanya,” ujarnya.

Masih kata Menag, pada malam ini, semua orang menyaksikan resepsi perkawinan antara agama dan bangsa. Di Masjid Istiqlal pula, dilakukan salat Isya dengan pengajian Al-Qur’an, tapi setelah itu juga menyaksikan lagu kebangsaan Indonesia.

Tapi, bukan pidato Menag yang disoal, adalah kehadirannya yang dinilai aneh. Senin (11/08/25), beredar luas Surat Terbuka (ST) Prof Dr Abdul Hadi Muthohar, MA. Tidak panjang, hanya 4 catatan pendek, tapi, isinya cukup menggelegar. ”Menag telah mengabaikan seruan PBNU dan sangat mungkin menimbulkan perpecahan ummat, khususnya Nahdliyin, semakin parah,” tulisanya.

Surat Terbuka itu ditulis dari Demak, 11.08.2025. Ditujukan khusus dengan Menteri Agama RI. Tanpa menyebut nama, tetapi, isinya cukup menohok. “Assalamu’alaikum wR. wB. Bersama ini, kami menyatakan “penyesalan mendalam” atas dukungan penuh Menteri Agama RI terhadap penyelenggaraan Jatma Aswaja kemarin,” katanya.

Mengapa memyesal, Prof Abdul Hadi menjelaskan, karena, pertama, pemerintah (Menag), mengizinkan penyelenggaraan tersebut di  Masjid Istiqlal, yang seharusnya dijaga kesuciannya dan statusnya sebagai simbol negara.

Kedua, Ketidakadilan Menag yang lebih menganakemaskan Jatma Aswaja dari pada Jatman NU. Beliau berkenan hadir, sementara di pelantikan Idaroh Aliyah Jatman tidak sudi hadir.Ketiga, Penyebutan “Guru kami” dan “Maulana” menunjukkan ketidakpedulian Menag terhadap isu panas di sekitar Habib Luthfi bin Yahya. Dan, keempat, Menag telah mengabaikan seruan PBNU dan sangat mungkin menimbulkan perpecahan ummat, khususnya Nahdliyin, semakin parah.

Seperti diberitakan IDN Times, Jamiyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah Ahlussunnah Wal Jamaah (Jatma Aswaja) menggelar dzikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara dalam rangka memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (10/8/2025) malam.

Sekretaris Jenderal Jatma Aswaja, Helmy Faishal Zaini mengungkapkan, acara tersebut digelar sebagai bentuk syukuran atas anugerah kemerdekaan bagi Republik Indonesia yang ke-80. Menurut dia, ada puluhan ribu orang yang hadir dalam Dzikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara di Masjid Istiqlal pada Minggu malam.

“Adapun yang hadir lebih dari 50 ribu, tadi lihat (lantai) 1,2, dan 3 itu penuh yang merupakan jemaah-jemaah Thariqah dari seluruh Indonesia. Tidak lain dan tidak bukan adalah bahwa cinta Tanah Air itu adalah bagian dari pada iman. Jadi tidak bisa dipisahkan antara nasionalisme dengan agama,” tutur Helmy kepada awak media.

Pantauan IDN Times di lokasi, banyak orang memadati lantai satu Masjid Istiqlal. Namun, begitu naik ke lantai 2, 3, 4, dan 5 kondisinya masih agak lengang. Sementara itu di bagian luar masjid juga masih banyak peserta yang belum masuk ke dalam masjid, meskipun acara sudah dimulai pada pukul 19.00 WIB.

Helmy lalu menjelaskan alasan pihaknya memilih Masjid Istiqlal sebagai lokasi Zikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara. Menurut dia, Istiqlal merupakan masjid bersejarah dan simbol dari toleransi serta nasionalisme. Selain itu, Istiqlal sendiri diambil dari bahasa Arab yang jika diartikan ke Bahasa Indonesia berarti kemerdekaan.

Selain itu, Helmy juga menyoroti Friedrich Silaban selaku arsitek Masjid Istiqlal sebagai sosok yang penuh toleransi, lantaran merancang bangunan masjid tepat bersebelahan dengan Gereja Katedral.

“Ini menunjukkan bahwa Masjid istiqlal malam hari ini juga menjadi sejarah baru sebagai simbol dan toleransi antar umat beragama, karena saya kira baru malam hari ini ada Ikrar Bela Negara oleh tokoh lintas agama di masjid,” ujar Helmy.

Tafsir kehadiran Menag ini pun menyebar luas. “Saya khawatir ini menjadi batu lompatan di Muktamar NU mendatang. Ada yang ingin jadi Ketua Umum NU, lalu mencari dukungan dari para habaib. Semoga saya salah,” demikian salah seorang warganet. (mky)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry