Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) H Tjetjep Muhammad Yasin, SH MH . (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co – Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) H Tjetjep Muhammad Yasin, SH MH mengaku malu membaca berita berjudul Yaqut: Kementerian Agama Hadiah Negara untuk NU, Bukan untuk Umat Islam (https://nasional.tempo.co/read/1520694/yaqut-kementerian-agama-hadiah-negara-untuk-nu-bukan-untuk-umat-islam).

“Kalau benar Menteri Agama bilang begitu, kami mohon maaf kepada seluruh elemen bangsa. Kami sedih, karena ungkapan itu sangat berbahaya, bisa memecah belah umat. Ini benar-benar tidak layak diucapkan seorang Menteri Agama yang, tentu, bakal berimbas ke bawah,” demikian Gus Yasin panggilan akrab H Tjetjep Muhammad Yasin, kepada duta.co, Ahad (24/10/21).

Menurut Gus Yasin, sejak awal penunjukkan Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, sudah membuat dirinya dag dig dug. Pertama, terkait kemampuan atau keilmuannya. Kedua, arogansi sikapnya yang berlebihan. Ketiga, masih kurang pergaulan, sehingga tidak paham fungsi dan tugas Kementerian Agama yang dulu bernama Departemen Agama.

“Jadi, sejak awal, kami sebagai warga nahdliyin sudah deg-degan. Dia kurang piknik literasi. Kurang baca buku, kurang punya guru. Kami tak mengira separah itu, kalau ada yang memberi istilah pejabat belum akil baligh, itu sama dengan pejabat ‘bau kencur’,” jelasnya.

Alumni PP Tebuireng, Jombang ini kemudian menyertakan link berita tempo.co. Isinya: Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengungkap versi lain tentang asal-usul pembentukan Kementerian Agama pada awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Menurut Yaqut, selama ini ada perdebatan, terutama di kalangan internal Kementerian Agama, bahwa Kemenag dibentuk untuk kepentingan Umat Islam. Yaqut membantah pendapat tersebut.

Masih menurut Yaqut, Kementerian Agama ini justru hadiah negara untuk jamiyah  Nahdlatul Ulama atau NU dan bukan untuk umat Islam secara umum. Apa argumentasi Yaqut? 

Gegara Tagline

“Pernyataan ini bermula, saat dirinya hendak mengganti tagline atau motto Kementerian Agama, yakni ikhlas beramal. Lalu salah seorang stafnya, menurut Yaqut, tidak setuju dengan ide perubahan tagline itu. Alasannya? Karena Kemenag merupakan hadiah negara untuk umat Islam,” demikian kisah Yaqut sebagaimana berita tempo.co.

Maka, Yaqut tidak setuju dengan pendapat tersebut, sebab menurutnya Kementerian Agama adalah hadiah dari negara untuk jemaah NU. “Saya bantah, bukan itu, kementerian agama itu hadiah negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU,” katanya.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. (ft/tempo.co)

Menurut Tempo.co, pernyataan Yaqut itu terungkap saat membuka Webinar Internasional Santri Membangun Negeri yang digelar Rabithah Ma’ahid Islamiyah dan PBNU dalam rangka memperingati Hari Santri, yang disiarkan secara langsung di Kanal YouTube TVNU Televisi Nadhlatul Ulama pada 20 Oktober 2021

Yaqut melanjutkan, lahirnya Kementerian Agama berkat keterlibatan NU dalam mencoret tujuh kata dalam Piagam Jakarta. “Kementerian Agama itu muncul karena pencoretan tujuh kata dalam piagam Jakarta. Yang mengusulkan itu menjadi juru damai dari Nadhlatul Ulama kemudian lahir kementerian agama,” kata Yaqut.

Yaqut dalam pemaparannya mengungkapkan akan memaksimalkan Kementerian Agama untuk memberdayakan seluas-luasnya pesantren dan santri, salah satunya dengan membentuk Direktorat Jenderal Pesantren.

Menurut Yaqut, pesantren yang merupakan bagian dari NU, wajar jika dibuatkan Dirjen Pesantren. “Kesempatan ini sekali lagi mari kita manfaatkan untuk kebaikan jamiah dan jamaah dengan begitu kita mampu mempersiapkan masa depan anak-anak kita, santri-santri kita untuk memenangkan pertarungan di masa depan,” katanya.

Miskin Kearifan

Argumentasi Yaqut ini, menurut Gus Yasin, adalah ngawur dan berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara. Ini akibat dari sikap arogan Menteri Agama yang ‘miskin’ kearifan dan kebijakan.

“Sebagai warga NU, tentu, malu. Yang saya tahu, NU sejak zaman Mbah Hasyim itu lurus, tidak merasa memiliki Kementerian Agama. Kiai NU yang lurus juga tidak akan ngawur karena niat bekerja itu untuk kemaslahatan umat, bukan ambisi menguasai, mengumbar syahwat jabatan,” tegasnya.

Gus Yasin juga mengingatkan pondasi ukhuwah cinta tanah air. Para pendiri bangsa ini dengan susah merumuskannya. “Dari Jenderal Sudirman sampai Bung Tomo yang Muhammadiyah, bisa bekerja sama dengan Mbah Hasyim Asy’ari dan Mbah Wahab. Bahkan, lahirnya Resolusi Jihad adalah bentuk nyata kemesraan hubungan Mbah Hasyim (NU) dengan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo yang Muhammadiyah,” urainya.

Karenanya, selain kepada seluruh elemen bangsa, Gus Yasin juga mohon maaf secara khusus kepada Muhammadiyah, terlebih PROF HAEDAR NASHIR yang catatannya viral di medsos bertajuk ‘Negara Milik Semua’. Apalagi di sana juga ada catatan, ‘Masih saja ada yang belum beranjak akil-balig dalam berbangsa dan bernegara’.

“Apalagi dalam catatan atas nama PROF HAEDAR NASHIR itu,  jelas, masih ada warga dan elite bangsa atau golongan apa pun yang mengklaim Indonesia seolah miliknya dan diperuntukkan bagi diri dan kelompoknya. Ini sejatinya bertentangan dan keluar dari fondasi yang menjadi jiwa, pikiran, koridor, cita-cita, dan tujuan Indonesia merdeka. Tidak sejalan dengan eksistensi Negara Indonesia berdiri sebagai bangsa dan Negara,” urainya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry