SEMARANG | duta.co – Kebesaran nama seseorang tidak dapat diukur hanya pada sejauh mana meniti karir. Lebih dari itu, eksistensinya terus ada meski nyawa telah terlepas dari raganya. Sampai detik ini, nama, sepak terjang serta pemikirannya masih terus abadi.

Demikianlah yang tersirat pada malam peringatan khaul KH Abdurrahman Wahid atau yang kebih dikenal dengan sebutan Gus Dur. Dalam acara mengenang kembali Gus Dur ini, sejumlah tokoh memberikan testimoni.

Bertemakan Memeluk Pancasila, Mengenang Sang Pluralis, kegiatan yang diselenggarakan di Gedung Balai Kota Semarang Sabtu (22/12/2017) itu, membuat para kader muda NU Kota Semarang menyuarakan “Gus, Tanpamu, Kita Sekarang Repot”.

Selain tahlilan untuk mendoakan Gus Dur, para tokoh NU dan para pahlawan yang telah berpulang keharibaan Sang Pencipta, sederet acara digelar dengan apik. Pembacaan puisi kebangsaan, testimoni, drama satu babak, dan unjuk kebolehan Pencak Silat Pagar Nusa.

Testimoni Ketua PW GP Ansor Jateng, Sholahuddin Aly yang menyatakan Gus Dur sebagai tokoh fenomenal hingga segala yang melekat pada Gus Dur menjadi tren.

“Gus Dur adalah seorang yang fenomenal, sehingga baanyak hal yang sepelepun menjadi populer karena beliau. Kata Gus Sholah (sapaan akrabnya). ‘Kita tentunya ingat berbagai candaannya, dan salah satunya adalah gitu aja kok repot. Malam ini tema panitia adalah; Gus, tanpamu, kita semua repot. Ini menunjukkan betapa bangsa ini gelisah tanpa sosok Gus Dur sehingga generasi now selalu merindukannya. Lalu kapan lagi akan muncul seorang tokoh yang seperti beliau?”  tegasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Suharmanto. Kasatkorcab (Kepala Satuan Koordinasi Cabang) Banser Kota Semarang tersebut turut memberikan testimoninya dengan singkat bahwa mengenang Gus Dur, tentunya mengingat pancasila dan tugas menjaga negara yang bhineka tunggal ika ini.

“Gus Dur adalah tokoh pluralisme. Semuanya dirangkul sebagai perwujudan negara yang bhineka tunggal ika ini. Manuvernya banyak dan sulit ditebak. Beliaulah presiden yang paling antik dan tiada duanya,” ungkapnya singkat.

Beberapa tokoh muda NU dan tamu undangan juga turut memberikan testimoni secara bergantian. Dari seluruh yang ada menunjukkan betapa Gus Dur bukan sekedar pluralis, tetapi sejatinya dia juga pembela yang tertindas. (rif)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry