“Meski cucu pendiri NU, namun, faktanya, Gus Solah tidak fanatik buta terhadap keormasan dan kepengurusan NU. Jika ada pengurus NU salah, dengan bahasa lembut dan datar, Gus Solah tidak segan-segan mengatakan salah. Bahkan, terkadang harus berseberangan dengan PBNU.”
Oleh: Luthfi Bashori*
SAYA dekat dengan almarhum KH Salahuddin Wahid (Gus Solah), terutama, saat diterapkan multi partai, pasca gerakan reformasi, lengsernya Pak Harto. Saat itu, Gus Solah bersama sang Paman, KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) membuat partai baru. Namanya Partai Kebangkitan Umat (PKU).
Beliau berdua memberi amanah agar saya ikut membantu, dan saya menyanggupinya. Namun saya tetap menyatakan tidak bersedia ikut dalam kepengurusan partai secara resmi. Gus Solah menerima, dan saya pun ikut membantu bagaimana partai ini bisa eksis.
Jadi? Sebenarnya sudah cukup lama, saya kenal dekat dengan Gus Solah. Saking dekatnya, ketika bertemu berdua, beliau selalu memanggil saya ‘Dik Luthfi’, dan saya memanggil beliau ‘Mas Solah’.
Sesuai dengan janji ikut membesarkan partai sebagai alat perjuangan, saya pernah bersama-sama Gus Solah keliling Jawa Timur. Hingga, akhirnya PKU mendapat dua kursi dari Jawa Timur untuk DPR RI.
Gus Solah yang saya tahu, figurnya sangat low profile, namun beliau cukup berani mengatakan ‘tidak’ terhadap suatu kemunkaran, baik dalam tataran kemasyarakatan, atau dalam keorganisasian, bahkan pada tataran kenegaraan.
Yang sangat membanggakan, langkah-langkah Gus Solah itu lebih dominan dekat dan sering membela kelompok-kelompok pergerakan Islam, tanpa batas sekat keormasan. Walau beliau cucu pendiri NU, namun beliau tidak fanatik buta terhadap keormasan dan kepengurusan NU.
Misalnya, jika ada pengurus atau struktur NU yang salah, maka dengan tegas Gus Solah mengatakan salah. Teguran itu beliau sampaikan dengan lembut dan datar. Sedangkan terhadap tokoh Islam dari ormas Non-NU, jika ada langkah yang dinilai benar, maka Gus Solah juga tidak akan segan memujinya dan mengatakan benar. Walau terkadang harus berseberangan dengan pandangan kalangan struktur PBNU (NU).
Bagi saya, Gus Solah adalah figur bijak yang mempunyai ketabahan luar biasa. Sangat sulit rasanya dicari duplikat almarhum dalam perjuangan. Selamat Jalan Gus Solah! Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. (*)