SURABAYA | duta.co – KH Muhammad Najih Maemoen (Gus Najih), putra KH Maemoen Zubair (Mbah Moen) menjelaskan perihal doa yang diramaikan masyarakat luas. Gus Najih menyesalkan mengapa sampai ada ralat doa segala, mestinya itu tidak terjadi. Apalagi kalau kemudian dipolitisir segala macam.
“Kita (sebagai santri) mestinya tenang, jangan pemarah. Walaupun tahu mungkin itu kesalahan, tetapi, kesalahan itu bukan dari seorang santri, kita mestinya sangat toleran dan memahaminya,” jelas Gus Najih dalam video pendek yang beredar di Medsos Selasa (12/2/2019).
“Kalau mbah Moen menyebut Prabowo dalam doanya, itu isyarah dari Allah swt. itu adalah ilham dari Allah swt. kepada beliau dan kepada umat untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Inggih nopo inggih?” tanya Gus Najih dijawab ‘inggih’ dengan serempak oleh hadirin.
Gus Najih juga menjelaskan, isyarah-isyarah atau impian-impian itu urusan Allah swt. Banyak orang yang diberikan isyarah. “Pak Hariyanto saja yang bukan kiai juga mendapatkan perintah (suara) tanpa rupa, ‘Ayo Bantu Prabowo’. Begitu juga keluarga saya di Lasem yang dikenal kharismatik-nya, juga diisyarahi, sampai detik terakhir ‘Ayo Bantu Prabowo’,” tegas Gus Najih.
Jangan Ganggu Ngaji Santri
Sementara, H Agus Solachul A’am Wahib mengaku prihatin menyaksikan manuver politik dengan menggerakkan santri turun jalan. “Saya tidak tega melihat santri digerakkan turun ke jalan. Sungguh! Mereka ini dipondokkan untuk mengaji. Bukan untuk demo. Sebaiknya politisi tahu diri. Jangan kompori mereka, kasihan,” tegas Gus A’am Wahib.
Ditanya soal isi puisi Fadli Zon, cucu pendiri NU KH Wahab Chasbullah mengatakan, tidak ada sama sekali kalimat dalam puisi Fadli Zon yang mengarah ke Mbah Moen. Justru puisi itu mempersoalkan cara-cara Romi (Ketua Umum PPP red) yang berani meralat doa beliau.
“Kalau sekarang mau digiring agar santri marah kepada Fadli Zon, seakan-akan membela kiai, ini sangat memprihatinkan. Sungguh tidak etis orang-orang yang mengampori santri seperti itu. Kasihan, anak-anak dipondokkan untuk mengaji, belajar. Bukan turun jalan, apalagi hanya untuk kepentingan politik Pilpres,” tegasnya.
Menurut Gus A’am Wahib, manuver politik seperti ini tidak akan sukses. “Percayalah! Akan ditertawakan orang. Pertama, karena mendholimi santri. Mereka yang seharusnya belajar malah diajak turun jalan. Kedua, politik provokasi itu jauh dari etika politisi santri. Masak orang dipaksa marah kepada orang yang tak bersalah, ini berbahaya dan berimplikasi akhirat,” tegasnya. (mky)