KH Luthfi Bashori

SURABAYA | duta.co – Menarik, mengikuti wawancara Cut Linda, mahasiswi di Griffith University Queensland Australia yang, begitu semangat membedah ‘Islam Nusantara’ dalam disertasi S3-nya. Cut Linda menjadikan KH Luthfi Bashori (Gus Luthfi) sebagai narasumber penting, karena posisinya sebagai pengkritik keras ‘Islam Nusantara’, notabene ‘produk’ PBNU.

Kali ini Gus Luthfi juga menegaskan, bahwa, iming-iming dunia, sering membuat umat Islam, bahkan sekelas kiai tergelincir. Kekuasaan pun demikian. Begitu menurut Gus Luthfi pendekar Aswaja, yang juga sosok penting dalam gerakan ‘NU Garis Lurus’ alias NUGL.

Berikut wawancara Cut Linda dengan Gus Luthfi:

CUT LINDA: Bagaimana pendekatan Kiai dalam memahami Islam, bagaimana pula Kiai menjelaskan ideologi Islam Kiai?

GUS LUTHFI: Alhamdulillah, sejak kecil saya sering berkomunikasi dengan masyarakat pesantren. Dan saya belajar secara utuh di pesantren selama 9 tahun (belajar 1 tahun, 1981 – 1883 di pesantren wilayah Malang Jawa Timur, 8 tahun (1983-1991) di pesantren Makkah dan Madinah).

Sepulang dari belajar di pesantren, saya langsung terjun mengajar di lingkungan pesantren hingga menjadi pengasuh pesantren yang berafiliasi kepada NU secara aqidah. Jadi saya banyak membaca kitab-kitab pegangan para Kiai NU sebagaimana yang ada di pesantren-pesantren.

Untuk memahami Islam, saya murni menerapkan pelajaran yang tertera dalam kitab-kitab pesantren, mulai dari ayat-ayat Alquran beserta tafsirnya, seperti Tafsir Aljalalain, Tafasir Ayatul Ahkam, Tafsir Atthabari, dan lainnya. Hadits-hadits Nabi bersama syarahnya, seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab Hadits lainnya.

Kitab-kitab fiqih madzhab Syafi’i mulai dari yang dasar seperti kitab Safinatun Najah hingga kitab pendalaman fiqih madzhab Syafi’i, seperti kitab Zubad, Fathul Qarib, Fathul Mu’in, I’anatut Thalibin dan lainnya.

Kitab-kitab aqidah mulai yang dasar, seperti Aqidatul Awwam, Risalah Aswaja karya KH Hasyim Asy’ari atau kitab pendalaman seperti kitab Jauharut Tauhid, dan lainnya.

Kitab-kitab tashawwuf mulai yang dasar, seperti kitab Ta’limul Muta’allim, Akhlaqul Banin, Bidayatul Hidayah, Minhajul Qashidin serta kitab pendalaman seperti kitab Ihya Ulumiddin, dan lainnya. Kitab-kitab sirah (sejarah) Islam, mulai dari sejarah hidup Rasulullah SAW & para shahabat serta biografi para ulama Salaf terdahulu.

CUT LINDA : Ini yang mewarnai dakwah Kiai?

GUS LUTHFI: Ya! Saya selalu menerangkan kepada masyarakat atau umat Islam yang sesuai dengan ajaran kitab-kitab ini, dan saya berusaha mengajak umat Islam untuk merujuk kepada kitab-kitab ala pesantren tersebut.

Hari-hari saya mengajar dan berdakwah di kalangan akar rumput, baik di kalangan warga NU perdesaan dan perkotaan, juga di komunitas yang hitrogen seperti di kampus (terutama karena Malang termasuk Kota Pelajar), perumahan, perkantoran, dan lain sebagainya.

Saya sering kali mendapati penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat. Anehnya penyimpangan itu bukan hanya di kalangan awwam, bahkan penyimpangan agama sering kali dilakukan oleh kalangan elit NU, elit ormas Islam, elit partai Islam dan elit pemerintahan yg notabene mayoritas ber-KTP Islam.

Setiap kali ada penyimpangan yang saya temui, maka saya berusaha mengingatkan mereka baik lewat ceramah mimbar, pengajian kitab, kajian ilmiah, karya tulis hingga meme dakwah.  Hampir semua nasehat-nasehat yang merujuk kepada kitab-kitab ala pesantren itu saya rekam dan saya tulis serta saya simpan di webset pribadi saya, www . pejuangislam.com atau di Youtube, FB & IG saya. (Silahkan dicek).

CUT LINDA: Targetnya?

GUS LUTHFI: Target atau tujuan saya, agar umat Islam penggiat dunia medsos juga tersadarkan, bahwa tidak semua perilaku mereka itu benar dan sesuai dengan ajaran syariat Islam yg sebenarnya, karena saya lihat di antara penyebab penyimpangan itu adalah: Pertama, Kurangnya pemahaman ilmu agama di kalangan masyarakat. Kedua, adanya oknum masyarakat awwam yang ikut berbicara agama padahal bukan menjadi keahliannya. Ketiga, adanya kiai-kiai dan tokoh masyarakat yang berebut dunia (harta dan tahta).

Keempat, adanya tokoh politik yang rakus jabatan hingga berbuat dhalim terhadap rakyatnya. Dan, kelima, banyaknya konglomerat hitam baik skala nasional maupun internasional yang ikut berkepentingan dan bermain.

CUT LINDA: Jadi?

GUS LUTHFI: Dari banyak akumulasi permasalahan inilah saya berpikir, bahwa di antara cara mengembalikan perilaku umat Islam adalah menyampaikan kebenaran ajaran agama Islam dengan berbagai cara, baik yang bersifat amar ma’ruf secara lemah lembut, maupun nahi munkar secara tegas dan lugas.

Salah satu contoh pelanggaran syariat YANG dilakukan oleh semua umat Islam Indonesia adalah hanya setengah-setengah dalam melaksanakan perintah agama. Sering saya sampaikan di tengah masyarakat sbb: Tatkala umat Islam menemukan ayat yang artinya

Diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan). Maka hampir semua jajaran umat Islam merespon dan mengamalkan kewajiban puasa bulan Ramadhan, bahkan iklan-iklan bertema puasa hampir tiap hari tampil di media massa.

Para pejabat berkolaborasi dengan para ulama ramai ikut rukyah untuk menentukan awwal dan akhir Ramadhan. Berbagai menu takjil, hingga pelaksanaan shalat Tarawih yang tercepat hingga yang terlama ikut viral menghiasi medsos.

Tapi untuk menyikapi ayat yang redaksinya sama, yang artinya Diwajibkan atas diri kalian mengqishas dalam urusan pembunuhan. Maka mulai dari kaum awwam hingga mayoritas ulamanya, jarang yang mau membahasnya, mulai dari rakyat, DPR dan pejabat pemerintahan enggan untuk mengulasnya, apalagi mau mengamalkannya.

Bahkan tatkala tokoh-tokoh NU diangkat sebagai pejabat tinggi negara, sama sekali TIDAK PERNAH merencanakan untuk pemberlakuan ayat Qishah ini. Maka dapat diambil garis kesimpulan awal, bahwa Islam itu tidak hanya berideologi Rahmatan lil Alamin. Melainkan dalam Islam juga ada tatbiqus syariah secara menyeluruh atau kaaffah.

Terlebih lagi istilah Rahmatan lil Alamin itu sejatinya tidak melekat pada sosok Islam. Melainkan pada sosok pemeluk agama Islam. Dalam hal ini yang dituju adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW dituntut untuk berbuat kasih sayang untuk semua kelompok. Itu adalah bentuk sosial kemanusiaan. Hal ini jelas berbeda dengan sebuah ideologi agama yang berbentuk aqidah dan syariah.

Ketika kita membahas sebuah sosial kemanusiaan, maka pengaplikasiannya harus dengan nilai-nilai yang lembut, yang yang bisa diterima oleh semua karakter dan kultur. Dalam arti simplenya bisa mengalami negosiasi atau fleksible menyesuaikan situasi dan kondisi.

Namun berbeda ketika kita membahas aqidah dan syariah. Terlebih lagi ini adalah sebuah agama, maka tidak ada negosiasi dalam penerapannya. Tidak pilih-pilih dalam pengambilan dasar hukumnya. Seperti yang sering kita dengar dari para ulama sebuah kisah, tentang seorang wanita bangsawan Bani Mahzumiyah yang mencuri di zaman Rasulullah SAW, saat beliau diminta kompromi agar wanita bangsawan ini tidak dipotong tangannya, maka Rasulullah SAW murka, karena mereka menawar keringanan hukuman. Hingga beliau SAW bersabda: “Wallahi andaikata Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya!”

Agama Islam membuat aturan potong tangan bagi pencuri. Maka siapapun pelakunya harus menerima konsekuensi tersebut. Inilah ideologi Islam yang harus dijelaskan kepada masyarakat. Ideologi yang sebenarnya. Tidak mengambil sebagian yang kita perlu kemudian membuang sebagian yang tidak kita suka.

CUT LINDA: Bagaimana Kiai melihat bahwa kritik Kiai terhadap Islam Nusantara sesuai dengan pemahaman kiai terhadap Islam/ideologi Islam Kiai?

LUTHFI BASHORI:  Karena saya melihat gerakan Islam Nusantara ini adalah suatu kemungkaran, maka saya yakin kritik dan penolakan yang saya lakukan terhadap Islam Nusantara itu, sudah sesuai dengan ajaran syariat yang saya yakini kebenarannya.

Saya yakin, apa yang saya lakukan itu, semuanya berdasarkan dalil-dalil syariat, seperti sabda Nabi Muhammad SAW: “Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat” (HR. Tirmidzi).

Saya yakin hadits ini menjadi landasan kewajiban setiap orang Islam, untuk berdakwah menyampaikan kebenaran.

Allah berfirman yang artinya: “Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman, 17).

Allah berfirman yang artinya: “Kalian adalah umat yang terbaik, dilahirkan untuk umat manusia, kalian menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran, 110).

Dalam al-Quran disebutkan ayat yang artinya: “Kalian adalah sebaik-baik umat yang menyerukan kepada kebaikkan (ma’ruf) dan mencegah yang munkar.” (QS. Al-Imran, 110)

Allah juga memerintahkan yang artinya, ”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum, mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Annisa, 135).

Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Kalau tidak mampu, hendaklah ia mengubah dengan lisannya. Kalau tidak mampu, hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam surat Almaidah juga disebutkan, artinya: Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan terlalu melampaui batas. Ayat lain: Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.

Jadi ayat ini menjelaskan tentang orang yang diam atau membiarkan kemungkaran yang berada di sekelingnya, maka ia dilaknat oleh Allah. Dengan dasar-dasar di atas saya berusaha menyampaikan kebenaran syariat kepada umat Islam pada umumnya, dan saya  mengajak para Kyai NU pada khususnya untuk menerapkan isi kitab-kitab yang dipelajari di pesantren, untuk dilaksanakan dalam dunia nyata pada semua bidang. (*bersambung)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry