Saifullah Yusuf atau Gus Ipul akan menjadi Wali Kota Pasuruan. (Foto: NOJ/MI)

SURABAYA | duta.co – Drs Muhammad Said Utomo, Ketua GP Ansor Pasuruan (1994-1999) mengaku prihatin menyaksikan Jamiyah NU jadi rebutan politisi. Tarik ulur jadwal muktamar ke-34 NU, juga terkait ‘menang kalah’ dalam menguasai PBNU.

“Saya tertarik saran Prof Rochmat Wahab. Kita punya banyak kiai, habaib, profesor, doktor, guru besar. Jangan diam! Ini saatnya seluruh kekuatan NU bergerak amankan jamiyah dari keserakahan politisi. Kembalikan NU pada jalurnya, sebagaimana amanat para masyayikh di Muktamar ke-27 NU di Situbondo, kembali ke khittah perjuangan 1926,” demikian Pak Said, panggilan akrab Drs Muhammad Said Utomo kepada duta.co, Senin (22/11/21).

Masih menurut Pak Said, ulah politisi merusak NU sekarang ini, semakin menjadi-jadi. Mengapa? Karena sudah tidak ada lagi ulama yang mereka takuti. Sekarang tidak ada ulama NU yang menjadi panglimanya, seperti terjadi pada Muktamar ke-27 di Situbondo. Akhirnya NU tercabik-cabik.

“Terakhir, ada Mbah Sahal (Dr KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudh red), tidak ada yang berani. Sekarang, politisi merasa bebas rebutan menguasai PBNU. Ini bukan untuk umat, tetapi ‘menang-kalah’ merebut kekuasaan,” urai Pak Said yang juga Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Jatim ini.

Provokatif

Ya! NU makin tercabik-cabik. Ketua PBNU Habib Muhammad Salim Al Jufri, Senin (22/11), akhirnya angkat bicara demi keutuhan jamiyah. Ia tak segan-segan menilai pernyataan Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) yang menyebut PBNU tidak kondusif. Itu sangat berbahaya, dan bernuansa provokatif. Bikin gaduh Muktamar ke-34 NU yang akan berlangsung di Lampung.

“Kalau menggunakan asosiasi umum, makna tidak kondusif itu bisa berarti PBNU sedang kacau balau, situasi kantor sedang tidak mendukung untuk terjadinya aktivitas. Ini provokatif sekali,” ujar Habib Salim dalam keterangannya.

Habib Salim mengimbau kepada keluarga NU untuk tenang dan cermat mencerna suatu pernyataan. “Kita semua keluarga besar NU harus tetap memberi dukungan menciptakan suasana yang teduh. Jangan mudah terjebak pada propaganda negatif macam begini,” katanya.

Masih dalam pengamatan Habib Salim, sosok Gus Ipul sebagai Ketua PBNU juga tidak terlalu aktif. Bukan sekadar tatap muka, di percakapan pesan singkat juga tidak terlalu aktif.

“Maaf-maaf ya, Gus Ipul itu Ketua PBNU yang hanya aktif pada saat ada mementum politik, muktamar atau Pemilu. Beliau di grup WA saja tidak pernah nongol. Mana tahu kondisi PBNU dan perkembangan tentang SK-SK PWNU dan PCNU,” tuturnya.

Serahkan PBNU

Soal pemberlakukan PPKM Level 3 yang bertepatan dengan tanggal Muktamar, lanjutnya, itu ranah Pimpinan PBNU untuk memusyawarahkan. “Mari kita serahkan PBNU untuk memutuskan kapan pelaksanaan muktamar, sesuai amanat Munas dan Konbes kemarin. Itu domain PBNU. Jangan bikin gaduh,” tandasnya di politik.rmol.id.

Sebelumnya, selaku Ketua PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyebut sebanyak 27 Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia mendukung keinginan Rais Aam PBNU Kiai Haji Miftakhul Achyar agar pelaksanaan Muktamar Ke-34 NU dipercepat.

“Ada 27 pengurus wilayah, 25 merupakan Ketua Tanfidziyah PWNU dan 2 Rois Syuriah PWNU semalam bertemu dan mendukung keinginan Rois Aam agar muktamar dipercepat,” kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, dalam keterangan tertulisnya kepada antaranes.com, Minggu.

Menurut Gus Ipul, sebagai pimpinan tertinggi maka keinginan Rais Aam ini adalah sebuah perintah yang harus dilakukan PBNU. “Kondisi di PBNU saat ini juga sudah tidak kondusif, ada masalah-masalah politik dan administrasi yang mengganggu konsolidasi organisasi. Misalnya, banyak SK mati yang tiba-tiba hidup sendiri tanpa ada tanda tangan Rois Aam. Ini masalah yang serius,” ujar Gus Ipul.

Inilah yang membuat Ketua PBNU Habib Muhammad Salim Al Jufri, angkat bicara, dan menyebutnya sebagai provokatif.  (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry