Keterangan foto media.alkhairaat.id
Bagi Guru Tua, barangkali tidak penting negara mau kasih gelar pahlawan atau tidak. Karena amal baik almaghfurlah jelas terpetik di akhirat kelak. Keteladanan dan darma bhaktinya kepada bangsa akan dikenang sebagai pahlawan sejati, selalu di hati.”
Oleh Mukhlas Syarkun*

AJARAN para leluhur, penting menghormati guru atau bahkan mengapresiasinya, bahwa seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ini sungguh penting. Tetapi, faktanya, kendati tidak pakai harta benda, rasanya berat bagi seseorang yang memegang fanatisme berlebihan. Dengan itu, mudah menghinakan yang lain.

Ajaran leluhur ini harus kita jaga erat dan harus terjaga dengan apik. Munculnya banyak forum keberagaman, sesungguhnya ini menunjukkan betapa pentingnya kita hidup rukun, damai, saling menghormati di antara 400 suku bangsa yang tersebar di 17.000 pulau di negeri tercinta, Indonesia.

Hari ini, kita memang dibuat terkaget-kaget. Mendadak ada orang yang mengaku sebagai pribumi (asli) Nusantara, dengan enteng menghina seorang guru yang berjasa mencerdaskan bangsa. Ini benar-benar tamparan bagi kita yang butuh suasana harmoni di negeri ini.

Apakah manusia (masa kini) dibuat mudah lupa ajaran tatakrama Nusantara, nilai nilai  luhur yaitu “mikul duwur mendem jero” yang harus kita pegang teguh? Apalagi ini seorang yang berjasa dalam republik.

Belakangan GFP sudah minta maaf atas pernyataannya yang viral tentang pendiri Alkhairaat Al Habib Idrus Bin Salim Aljufrie (Guru Tua). Tetapi, faktanya, permintaan maaf itu tidak mengendorkan Komisariat Wilayah (Komwil) Alkhairaat Kaltara untuk melaporkannya ke Polda Kaltara.

Tentu, semua ini hanya akan menambah gaduh republik. Padahal, Guru Tua itu sudah wafat, berada di alam barzah dan beliau telah menorehkan legacy paling fundamental bagi kemajuan dan peradaban bangsa nusantara. Guru Tua, bisa jadi “tersenyum” menyaksikan ulah kita.

Bagi Guru Tua, barangkali tidak penting negara mau kasih gelar pahlawan atau tidak. Karena amal baik almaghfurlah jelas terpetik di akhirat kelak. Keteladanan dan darma bhaktinya kepada bangsa Indonesia akan dikenang sebagai pahlawan sejati, selalu di hati. Haruskah kebencian itu dibeber ke publik hanya karena fanatisme berlebihan?  Bukankah demikian, waallahu’alam.

*KH Mukhlas Syarkun adalah Ketua Umum Jamaah Dzikir Nurul Wathan Alhambalangi.

 

 

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry