SURABAYA | duta.co – Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri Indonesia (GM FKPPI) Jawa Timur menolak perubahan dua nama jalan di Kota Surabaya yang kini prosesnya sedang bergulir. Perubahan nama Jalan Gunungsari menjadi Jalan Siliwangi, serta Jalan Dinoyo menjadi Jalan Pasundan, dinilai GM FKPPI sebagai kebijakan yang ahistoris.

”Kami menyesalkan usulan perubahan nama jalan itu hingga bergulir sampai sekarang. Kebijakan ini mengingkari nilai-nilai perjuangan para pejuang. Juga menunjukkan tak adanya iktikad baik dari pengambil kebijakan untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya mengingat sejarah perjuangan bangsa,” ujar Ketua GM FKPPI Jawa Timur Agoes Soerjanto kepada media di Surabaya, Selasa (18/9/2018).

GM FKPPI Jatim bersama para pejuang Surabaya meminta kepada Wali Kota Tri Rismaharini untuk membatalkan perubahan nama jalan tersebut. ”Ini demi penghormatan terhadap sejarah yang diwarnai perjuangan para pahlawan. Nama jalan tersebut menjadi salah satu tetenger dari perjuangan para pahlawan,” beber Agoes.

Seperti diketahui, Gubernur Jatim Soekarwo mewacanakan adanya harmonisasi Sunda-Jawa dengan melakukan perubahan nama jalan. Di Surabaya, akan ada nama Jalan Pasundan dan Siliwangi. Sementara di Bandung akan ada nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk. Kedua nama jalan di Surabaya yang akan diganti adalah Jalan Gunungsari dan Jalan Dinoyo.

Agoes menilai berdasarkan penuturan ahli dan pelaku sejarah, Jalan Gunungsari adalah bagian yang tak mungkin dipisahkan dari Front Bukit Gunung Sari sebagai basis pertahanan terakhir dan tempat gerilya arek-arek Suroboyo yang tergabung di Badan Keamanan Rakyat/Pelajar, cikal-bakal Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), untuk melawan tentara sekutu pada pertempuran 28 November 1945. Gunungsari menjadi benteng pertahanan terakhir karena lokasinya yang ketika itu masih dipenuhi bukit.

Saat itu, lanjut Agoes sangat banyak gerilyawan rakyat dan tentara pejuang yang wafat di medan laga. Untuk mengenang jasa mereka, maka dibangunlah Monumen Kancah Yudha Mas TRIP di Gunungsari yang diresmikan Pangdam Brawijaya Mayjend TNI Witarmin pada 7 Februari 1981. ”Dengan nilai sejarah yang sangat tinggi itu, sangat disayangkan jika kemudian akan dihilangkan dari memori publik,” dalihnya.

Senada, sekretaris GM FKPPI Jatim Didik Prasetiyono menambahkan, banyak memori kolektif publik yang terikat dengan nama-nama jalan di Surabaya.

“Setiap orang menyebut Dinoyo dan Gunungsari, pasti ada memori indah yang terpanggil. Secara sosiologis ini penting untuk mengikat publik menjadi himpunan yang saling peduli. Itulah ciri-ciri arek Suroboyo, yaitu punya solidaritas. Memori itu akan dicabut sepihak oleh penguasa, tentu kita tolak,” tegasnya.

Ia menyarankan agar perubahan nama jalan bisa dilakukan di beberapa ruas jalan yang lain. ”Kan ada banyak ruas jalan baru di Surabaya. Pakai nama baru di ruas jalan itu. Jangan jalan yang sudah ada, diganti namanya,” pungkas mantan komisioner KPU Jatim ini.

Harmonisasi Budaya

Sebelumnya, Gubernur Jatim Soekarwo menyatakan bahwa perubahan sebagaian nama jalan di Kota Surabaya itu dalam proses finalisasi atau tinggal menghitung hari karena sudah disetujui Walikota dan DPRD Kota Surabaya.

“Harmonisasi budaya ini sudah dibicarakan sangat baik. Kalau ada pro dan kontra itu hal yang wajar, tapi demi kepentingan yang lebih luas itu yang jadi pertimbangan utama,” kata Pakde Karwo sapaan akrab Soekarwo.(ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry