Nur Hidaayah, S.Kep.,Ns.,M.Kes – Dosen Keperawatan Jiwa di Program Studi S1 Keperawatan dan Ners

ISTILAH generasi milenial bisa disebut juga generasi Y juga akrab disebut generation me atau baby boomers terbentuk bagi mereka yang lahir pada tahun 1982 – 2002. Saat ini, mereka yang berkisar usia 17 hingga 36 tahun yang berperan menjadi mahasiswa, orangtua muda dan early jobber.

Pada tahun 2020 proporsi millennial mencapai 34% dari total penduduk Indonesia, yang akan berada pada usia 20 hingga 40 tahun. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang sedang trend and booming ini. salah satu yang menjadi masalah keperawatan jiwa kelompok khusus, yaitu perilaku dan gaya hidup generasi millennial yang terkait teknologi dan komunikasi.

Mereka yang tergolong generasi millennial mempunyai gaya hidup selfish yang membuat generasi ini sangat ironi dan cenderung antisocial. Trend kekinian nampak saat masuk dalam sebuah ruangan perkumpulan, masing-masing individu hidup dengan dunianya sendiri, padahal kenyataannya duduk saling berdempetan, namun hati dan pikiran tertuju pada ponsel ditangannya. menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile lebih dari tiga jam sehari.

 Ada tiga karakter utama pada generasi ini, yaitu connected, creative dan confidence. Connected adalah senang bersosialisasi. Karakter kedua yaitu creative, dikatakan demikiankarena mereka berfikir out of the box (kaya ide, pandai berkomunikasi). Karakter ketiga yaitu confidence, dikatakan demikian karena mereka percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat.

MiaoXin. JiangXing, WangPengfei, LiHouru, WangMengcheng, ZengHong, 2018, menyatakan bahwa ada 5 aktifitas online yang biasa dilakukan oleh generasi millennial ini yaitu : media sosial (94.73%), tugas sekolah atau akademik (86.53%), hiburan (82.44%), game online (73.42%) dan belanja online (33.67%). Sedangkan kota di Indonesia yang menggunakan layanan internet tertinggi adalah Jakarta  33,3%, diikuti Surabaya 22,4 %, dan ketiga adalah Bandung 17,22%. Jika media yang paling sering digunakan paling sering di tahun 2012 yaitu Facebook, maka pada tahun 2018 -2019 beralih ke media WhatsApp and Instagram.

Sedangkan dalam memilih konsumsi hiburan, generasi millennial memilih menghabiskan 18 jam perhari untuk menikmati tontonan on demand, televisi konvensional dan bermain game. Inilah yang disebut dengan adiksi internet.

Lekat dengan dunia maya, para generasi millennial ini untuk ukuran pengetahuan, sangat mudah mendapatkannya. Namun ternyata kemajuan internet melahirkan kelemahan dalam hal kesehatan jiwa, keamanan privasi dan gaya hidup mereka.

Mengapa demikian, remaja yang mengalami adiksi internet akan mengalami  kecemasan yang tinggi, mudah depresi, dan sering terjadi gangguan tidur dibanding mereka yang tidak adiksi internet.

Adiksi internet dapat diartikan sebagai kondisi seseorang yang terikat kebiasaan bermain game online atau internet dari waktu ke waktu dan terjadi peningkatan frekuensi, durasi, atau jumlah dalam melakukan hal tersebut, tanpa memperdulikan konsekuensi negatif yang dapat terjadi.

Beberapa ciri perilaku pada mereka yang kecanduan atau adiksi internet yaitu : Lupa waktu untuk makan, beribadah, belajar, sering berbohong, kesehatan terganggu, ketidakmampuan berpikir realistis, tidak mampu berkomunikasi dan bersosialisasi baik dalam dunia nyata dan terakhir mengarah pada tindakan pencurian atau kriminal.

Beberapa penelitian di tahun 2007 hingga sekarang, tentang addiksi internet berhubungan erat dengan faktor keluarga. Beberapa hasil penelitian tersebut menemukan bahwa keluarga (status perkawinan orangtua, status ekonomi, konflik anggota keluarga, dan pola asuh orangtua secara signifikan berhubungan dengan adiksi internet.

 Pada usia anak dan remaja jika memiliki kelekatan (attachment) dengan orangtua, cenderung memperlihatkan kepercayaan diri rendah komunikasi kurang baik. Siswa yang memiliki beban studi tinggi dan banyak tugas menimbulkan terjadinya stres yang berakibat adiksi internet. Bahkan faktor teman sebaya pengaruh besar terhadap adiksi internet dibanding faktor sekolah dan keluarga.

Dampak negatif dari adiksi internet bagi generasi millennial adalah malas belajar dan sering menggunakan waktu luang mereka untuk menggunakan internet untuk mencari hiburan dan bermain game online dari pada membantu orangtua, uang jajan atau uang bayar sekolah akan diselewengkan untuk bermain game online, lupa waktu pola makan akan terganggu, emosional anak juga akan terganggu karena efek game ini, jadwal beribadahpun kadang akan dilalaikan, mereka cenderung akan membolos sekolah demi game kesayangannya.

Keteladanan yang baik dari orang terdekat sangat diperlukan dalam penerapan penggunaan internet. Keluarga harus saling mengontrol dalam penggunaan gadget dan internet, jangan sampai penerapan penggunaannya mempengaruhi perilaku kita.

 Mari selamatkan generasi millennial tercinta kita dengan mencegah dan menanggulangi adiksi internet dengan cara : berfikir untuk hemat dan jangan pernah merugi jika sehari kita tidak menggunakan internet, mengurangi penggunaan sosial media, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta (Allah SWT) dan memperbanyak kegiatan ibadah, gunakan waktu luang untuk kegiatan sosial yang berguna, mulai memperbanyak teman dan selektif dalam pergaulan, memilih bersilaturahmi dengan saling berkunjung ke rumah saudara dan handai taulan yang akan memperpanjang umur. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry