Suasana Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Dosen Muda di IAIN Tulungagung. (DUTA.CO/IST)

TULUNGAGUNG | duta.co – GP Ansor harus memiliki mental baja. Tahu tugas utamanya, menjaga Indonesia. Ingat! NU didirikan untuk menjaga Indonesia, bukan hanya Aswaja. Kalau hanya menjaga Aswaja, Mbah Wahab dan Mbah Hasyim tidak perlu repot mendirikan organisasi, cukup digarap lewat pesantren. Demikian disampaikan Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas dalam acara Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Dosen Muda di IAIN Tulungagung, Jawa Timur, Minggu (02/04/2017).

“Itulah sebabnya, seluruh gerakan yang mengancam NKRI, anti-Pancasila akan berhadapan dengan Ansor dan Banser. Bagi kita, menjaga Indonesia sama dengan menjaga warisan ulama. Kalau tadi pagi (Ahad 2/4 red.) kita bubarkan aksi khilafah HTI, alasannya jelas, kita menjaga warisan ulama. Kalau HTI mengatakan Indonesia negara toghut, sama artinya menghina ulama. Negeri ini dibangun oleh ulama dengan dasar Pancasila dan UUD 1945,” tegas Gus Yaqut panggilan akrabnya.

Masih menurut Gus Yaqut, adalah tugas kita bersama untuk memahamkan umat perihal bahaya ini. Sekarang belum banyak yang paham, bahwa, NKRI sedang terancam oleh gerakan Islam radikal. Mereka kadang menggunakan media pengajian untuk mencuci otak umat Islam. Meski menggunakan ‘topeng’ pengajian, kalau isinya membahayakan, Banser dan Ansor akan turun jalan.

“Tantangan kemudian kita diserang dengan jargon sinis ‘FPI membubarkan kemaksiatan dan Ansor membubarkan pengajian’. Bagi yang tidak paham, akan mudah digiring untuk membenarkan jargon tersebut. Ujungnya menyalahkan Ansor dan membenarkan tindakan FPI. Padahal jelas, ancaman terhadap NKRI, ini lebih berbahaya, elemen bangsa bisa porak-poranda, negeri ini bisa hancur lebur,” tegasnya.

Gus Yaqut kemudian menukil hasil penelitian yang, menunjukkan betapa pemikiran radikal sudah merasuk di kalangan remaja kita. Ada hasil penelitian di sekolah-sekolah di Jawa Tengah terhadap anak-anak SMA. Saat ditanya, siapa idola ulama anda? Mereka menyebut Habib Riziq Shihab dan Bakhtiar Nasir. “Padahal di Jawa Tengah banyak ulama besar, tetapi tidak kelihatan di mata mereka. Ini sangat ironis,” jelasnya.

Untuk itu, Gus Yaqut berharap agar para dosen muda yang tergabung dalam PKL GP Ansor ini, mampu menjadi pelopor gerakan cinta NKRI, mengamalkan Islam ahlussunnah wal jamaah. “Kita sekarang prihatin, banyak pesantren kurikulumnya mengikuti pendidikan umum. Kalau tidak, lulusannya tidak diakui pemerintah. Padahal seharusnya pendidikan formal dan pesantren itu diposisikan sama,” tegasnya.

Gus Yaqut juga mengkritisi kebijakan pemerintah dalam hal deradikalisasi. Menurutnya, pemerintah kurang serius melaksanakan program deradikalisasi. Bahkan sering tidak tepat sasaran. “Masak deradikalisasi dilaksanakan di Pondok Pesantren NU. Padahal tidak mungkin pesantren NU menjadi radikal. Coba sosialisasi deradikalisasi di Ngruki tempatnya Abu Bakar Ba’asyir. Seharusnya model pesantren seperti itu yang menjadi sasaran deradikalisasi. Selama ini tidak, sehingga kesannya hanya untuk menghabiskan anggaran,” jelasnya dengan nada serius. (hud/net)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry