SURABAYA | duta.co – Ketidakserasian pemikiran yang sengit antarelit struktural PBNU yang saat ini menghebohkan ruang publik ditanggapi Panglima Nahdliyin Bergerak (NABRAK) Firman Syah Ali (Gus Firman).
Panglima Milisi Nahdliyin ini mengungkapkan keyakinannya bahwa NU akan tetap baik-baik saja. “Gempa struktural di elit PBNU saat ini saya kira tidak berefek signifikan terhadap kekuatan bintang sembilan alias kekuatan NU,” katanya.
Mengapa? Karena kekuatan NU selama ini memang bukan pada kepengurusan formal (struktural)nya, namun terletak pada jejaring dan pengaruh kulturalnya yang luar biasa. Organisasi lain boleh berbasis struktural tapi organisasi NU berbasis akar rumput.
“Kekuatannya ada di akar rumput, dan mereka cenderung tidak terpengaruh oleh pertengkaran elit. Kekuatan kultural NU sangat substansial dan lebih berpengaruh terhadap opini publik dibanding strukturalnya” ucap pendiri Konfederasi Olahraga NU (KONU).
Kata dia, kekuatan kultural NU sudah eksis jauh sebelum organisasi NU dilahirkan. “Kekuatan kultural NU telah eksis menggerakkan opini dan aksi publik jauh sebelum Ormas NU dilahirkan. Kekuatan itu terdiri dari jaringan ulama yang kuat di mana satu sama lain masih ada ikatan nasab dari trah walisongo,” jelasnya.
Kemudian, lanjutnya, ada lembaga pendidikan tradisional yang mandiri dan sangat berpengaruh di tengah-tengah masyarakat, dicintai oleh masyarakat serta dibela oleh masyarakat. Kemudian kekuatan sosial keagamaan yang simultan, populis dan berkesinambungan, diantaranya ritual-ritual aswaja nusantara yang sangat masif.
“Yang terakhir adalah, kemandirian akar rumput NU yang luar biasa, bahkan di bawah tekanan kolonial belanda, jepang hingga rezim Orde Baru, akar rumput NU tetap bisa hidup dengan gembira, bahagia dan kuat” lanjut aktivis IPNU tahun 90-an.
“Mari kita tetap berdoa semoga ketidakserasian pemikiran ini segera selesai, namun seandainya tidak segera selesaipun kita jangan khawatir, akar rumput akan tetap baik-baik saja” pungkas aktivis GP Ansor.(*)
