Pembentukan PPKN Cabang Situbondo, mereka bertekad mengembalikan NU ke jalur yang benar. (FT.IST)

SITUBONDO |duta.co – Politik memang serba mungkin, dan sulit diprediksi. Sejumlah ulama kharismatik di Situbondo, yang semula enggan mendukung Khofifah dengan alasan perempuan, kini berbalik arah. Hadirnya Puti Guntur dianggap sebagai penghalang untuk memilih pemimpin laki-laki dalam Pilgub Jatim 2018.

“Sekarang semua pasangan ada perempuannya. Sama-sama perempuan, kita mesti pilih Muslimat NU. Bu Khofifah, sudah karuan NU dan cerdas,” demikian disampaikan Mahfud M Nor menirukan alasan sejumlah ulama Situbondo, ketika berkumpul di kediaman KH Muhammad, ulama kharismatik yang tadinya menolak pemimpin perempuan, sekarang menjatuhkan pilihannya ke Khofifah-Emil, kepada duta.co Selasa (16/1/2018).

Balik dukungan ini diketahui ketika tokoh-tokoh NU, Senin (15/1) siang berkumpul membentuk PPKN (Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyah) Cabang Kabupaten Situbondo. Sejumlah tokoh NU sejak awal mendukung terbentuknya PPKN sebagai kontrol struktural NU yang akhir-akhir ini lebih agresif berpolitik praktis. Bahkan penilaian mereka sama, sekarang ini NU seakan sudah menjadi banom parpol.

Mahuf M Nor, Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdilyah. (FT/duta.co)

“Itulah sebabnya, semangat menegakkan khitthah nahdliyah semakin menggelora. Awalnya, soal Pilgub kita masing-masing, bisa beda pilihan. Ulama-ulama Situbondo tadinya terhalang memilih Khofifah karena alasan perempuan. Tetapi, begitu pasangan lainnya sama, ada perempuannya, maka, kiai-kiai itu berbalik arah. Beliau sendiri yang menjelaskan, sama-sama pilih perempuan, ya mesti pilih Khofifah,” tambah Mahfud.

Pembetukan PPKN Cabang Situbondo dipimpin oleh KH Tsabit Thoha, Sukorejo. Sejumlah ulama hadir di kediaman KH Muhammad di Desa Talkadang, Kec kota Situbondo. Tekad untuk menegakkan khithtah begitu kuat. Apalagi dalam pandangan ulama Situbondo, Muktamar ke-33 NU di Jombang dinilai menyimpang dan sangat memprihatinkan. Ini menjadi catatan tebal para kiai yang, menilai muktamar ke-33 NU di Jombang sebagai ‘pembajakan’ organisasi untuk kepentingan salah satu parpol.

“Kiai-kiai tidak rela NU menjadi tunggangan politik, menjadi alat merebut kekuasaan. Kami (PPKN red) didukung para ulama sepuh bekerja keras mengembalikan posisi NU ke tempat netral. Bayangkan, kita mendengar ada tim sukses Pilkada dibentuk di kantor NU, ini kelewatan. Kalau begini, tidak salah muncul anggapan, bahwa NU sudah menjadi banom parpol,” jelas Mahfud.

Masih menurut Mahfud, moment Pilgub Jatim bisa menjadi entry point membenahi NU. Di mana nahdliyin bisa melihat dengan jelas, siapa politisi yang gerakannya sesuai dengan 9 pedoman politik NU? Siapa pula politisi yang memanfaatkan NU serta kiai-kiai struktural untuk kepentingannya?

“Semua sudah jelas. Kalau ini tidak dihentikan, ke depan peran NU sebagai penyangga NKRI serta peran politik kebangsaannya akan habis. Bahay, NU bisa berubah menjadi pendorong politisi yang haus jabatan. Ini harus kita lawan,” tutupnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry