SURABAYA | duta.co – Kabar penolakan Festival Gandrung Sewu 2018 terus menyebar. Meski demikian, panitia menyatakan tetap digelar, Sabtu (20/10/2018) di Banyuwangi. Penolakan sebagian kecil umat Islam dianggap berlebihan. Tak tanggung-tanggung, sajian kekayaan seni yang beragam dari daerah ujung timur Pulau Jawa itu, akan tampil islami.
Ada Hadrah Kuntulan yang bakal mewarnai penampilan Gandrung Sewu. Juga ada 150 anak muda akan melantunkan bait-bait pujian Islami dengan alunan musik hadrah.
“Mereka akan mengumandangkan puji-pujian tentang keagungan Allah SWT, salawat, yang di dalamnya juga terselip doa dan permohonan ampunan seorang hamba kepada Sang Khalik, serta memohon keselamatan dunia akhirat,” demikian Sabar Harianto, pelatih seni kuntulan kepada wartawan, Jumat (19/10/2018).
Hadrah Kuntulan sudah tidak asing lagi. Para penarinya menampilkan tari Rodat, dengan memakai kerudung, sarung tangan, dan kaus kaki. Setiap tahun juga digelar Festival Kuntulan yang mempertemukan berbagai kelompok musik Islami dari seluruh Banyuwangi.
Selain hadrah kuntulan, para penonton juga menyaksikan aksi qori (pembaca Al Quran) Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi, Muhamad Qudus, yang akan melantunkan selawat Nabi. Qudus akan diiringi hadrah Al Banjari untuk mengumandangkan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Ahmad Arizal, Ketua Barikade Gus Dur Jawa Timur mendukung penuih “Festival Gandrung Sewu” ini. Sehubungan dengan adanya penolakan pelaksanaan festival budaya gandrung sewu oleh kelompok intoleran di Banyuwangi, maka, BARIKADE GUS DUR JATIM menyatakan sikap mendukung penuh pelestarian khasanah budaya dan kearifan lokal.
Budaya ini harus tetap terjaga dan lestari sepanjang masa, tanpa ada gangguan dari kelompok manapun. Barikade Gus Dur akan meneguhkan sikap kita sebagai kader Gus Dur terhadap visi berbangsa dan bernegara yang harus mengayomi semua komponen bangsa.
“Tidak boleh lagi ada pelarangan tradisi-tradisi budaya oleh kelompok-kelompok intoleran,” katanya kepada duta.co, Jumat (19/10/2018). (mha)
