KH Shodig dan Dr Hakim Jayli tengah menyaksikan jas Mbah Wahab dan foto Mbah Hasyim menghadapi tentara Jepang. (ft/mky)

SURABAYA | duta.co — Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ulum Malang, Jawa Timur, KH Noor Shodiq Askandar, Selasa (15/7/25) bertandang ke Gedung Museum NU, di Jl Gayungsari Timur 35 Surabaya. Kiai Shodiq didampingi Dirut TV-9 Dr Hakim Jayli dan Pembina Yayasan Museum NU Mokhammad Kaiyis, menyisir beberapa peninggalan para masyayikh NU.

“Kita hidupkan tradisi intelektual para Kiai NU. Mbah Wahab (almaghfurlah KH Wahab Chasbullah) dan Mbah Hasyim (almaghfurlah KH Hasyim Asy’ari red.) muassis  NU, ini terkenal dengan Taswirul Afkar-nya. Dengan menghidupkan diskusi di sini , maka, jariyah Cak Anam (almarhum Choirul Anam red) yang dengan susah payah membangun Museum NU, juga terus bermanfaat bagi umat,” tegas mantan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang (Unisma) ini, saat di Museum NU.

Saat mencermati kebijakan Presiden Soekarno yang mengangkat Mbah Hasyim sebagai Pahlawan Nasional. (FT/MKY)

Wakil Ketua PWNU Jatim ini, tertarik dengan rencana kerjasama Museum NU dengan Museum Keislaman KH Hasyim Asy’ari (MINHA) di Tebuireng Jombang. Ini akan menjadi pengayaan pengetahuan tentang NU. Bagaimana organisasi Keislaman ini konsisten dalam menjaga NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). “Menarik sekali. Termasuk bagaimana caranya meng-install ke-NU-an kader-kader nahdliyin,” tambah Kiai yang pernah menjadi Ketua PW LP Ma’arif NU Jatim.

Dirut TV-9, Dr Hakim Jayli, dalam (rencana) diskusi rutinan ‘Selasa Legi’ yang diawali bulan Agustus 2025 nanti, menyodorkan tema menarik, yang tengah menjadi perbincangan banyak orang, yakni soal penulisan ulang sejarah nasional guna mengakhiri 26 tahun kekosongan, yang dinilai menjadi sebuah keharusan. “Kita undang tim penulisnya. Ini penting, agar tidak lepas dari pendekatan yang berpijak pada perspektif kebangsaan,” tegasnya.

Peninggalan Gus Dur

Kepada KH Noor Shodiq Askandar, yang juga Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Ummat (KPEU) MUI Jawa Timur, Mokhammad Kaiyis menyampaikan pentingnya meneruskan wasiat Gus Dur (almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid red) soal pondasi keummatan dan kebangsaan. “Ada 4 (empat) pesan Gus Dur yang diwujudkan Cak Anam. Pertama Astranawa, kedua Museum NU, ketiga Guest Houses Kiai dan keempat (ini yang belum terwujud) adalah Menara Rukyat,” tegas Pemred Duta Masyarakat ini.

Menurut Kaiyis, ketiga wasiat Gus Dur itu sudah diwujudkan oleh Cak Anam. “Sekarang tugas kita adalah memberdayakan seluruh peninggalan ini. Soal Guest Houses Kiai pun sudah siap untuk dioperasionalkan. Dan Cak Anam sudah berpesan ini bukan untuk diwaris keluarga, tetapi untuk perjuangan, bagaimana kader-kader nahdliyin meneruskan perjuangan para masyayikh NU,” tambah Anggota Dewan Kehormatan PWI Jatim ini.

Menyaksikan Dokumen Komite Hijaz, surat balasan Raja Saud tentang diperbolehkannya 4 mazhab berjalan di Arab Saudi (ft/mky)

Selama ini, tambahnya, Museum NU telah melahirkan banyak doktor. Termasuk menjadi jujugan para pengamat dalam dan luar negeri. Museum NU juga menjadi media untuk menambah ilmu ke-NU-an bagi pelajar dan mahasiswa.

Dari Universitas Airlangga, Universitas Kristen Petra, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) juga dari UIN SA Surabaya, banyak yang mengkajian peran kiai dalam perjuangan Kemerdekaan RI. Selain itu anak-anak kita SD, MI, SMP, MTs serta MA (Madrasah Aliyah) banyak yang menjadikan Museum NU sebagai wisata religi.

“Banyak yang kagum dan baru tahu. Ternyata kiai-kiai NU sejak dulu sudah memberikan konstribusi yang besar dalam dunia nasional dan internasional. Termasuk adanya Komite Hijaz ke Arab Saudi,” pungkasnya. (mky)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry