PASURUAN | duta.co – Gara-gara ejekan di media sosial (medsos) nyaris terjadi bentrokan fisik antara pengurus PC GP Ansor Bangil, Kabupaten Pasuruan, dengan Front Pembela Islam (FPI) setempat, Senin (8/5/2017) pagi. Beruntung kejadian itu tak berlangsung lama, setelah petugas Polres Pasuruan tiba di Perumahan Palem Residence, Kelurahan Pagak, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.
Kejadian ini berawal saat pihak FPI yang tak terima dengan dugaan ejekan yang disinyalir dilontarkan oleh anggota GP Ansor yang mengolok-olok tokoh FPI melalui medsos. Sehingga belasan orang FPI yang dipimpin oleh Nawawi, melakukan klarifikasi ke rumah Hamami, anggota GP Ansor Bangil, di perumahan Palem Residence di Kelurahan Pagak, dengan sikap yang kurang bersahabat.
Karuan saja mereka yang datang dengan membawa 2 mobil minibus dan beberapa sepeda motor, menimbulkan keluarga Hamami trauma berat. Mereka menggertak hingga membuat kegaduhan. “Saya gak takut dengan sikap mereka kayak preman. Kalau mereka datang secara sopan santun. Sayapun akan bersikap sama. Tapi ini sungguh keterlaluan, “ucap Hamami, saat dihubungi duta.co, Senin (8/5) siang.
Hamami yang didampingi ketua GP Ansor Bangil, Muafi dan dua anggota Banser ini langsung menemui belasan anggota FPI. Namun sayangnya upaya klarifikasi atas lontaran ejekan di medsos tersebut nyaris berujung bentrokan fisik.
“Mereka datang dengan baik-baik ya kami terima baik. Namun kalau datang dengan nada yang tak bersahabat ya kita ladeni, “tandas Muafi, pasca pertemuan di Polres.
Menurut dia, ejekan itu diawali lontaran dengan kalimat yang kurang etis dari mereka di media sosial. Bahkan ejekan itu sudah melecehkan lembaga GP Ansor yang notabene merupakan benteng Ulama. “Sehingga ejekan tersebut berbalas saling mengejek dan terus berujung mereka tidak terima dan mendatangi salah satu rumah anggota Ansor Bangil dengan emosi, “katanya.
Bahkan pada saat itu nyaris bentrok fisik antara 4 orang GP Ansor dan sekitar 18 orang dari FPI. Tak hanya itu, juga sempat saling menarik baju satu sama lainnya. “Yang kami sesalkan kalau mereka mau bertabayyun bukan begitu caranya. Sebab sebagai sesama muslim harus duduk bersama dan musyawarah untuk mencari solusi yang terbaik. Tapi karena terbawa emosi, tantangan mereka kita ladeni, “urainya.
Semestinya, mereka tabayyun dengan cara yang santun dan tidak membawa belasan anggota FPI ke rumah orang. Namun, lanjut dia, seharusnya dua atau tiga orang perwakilan datang secara baik-baik untuk mengetahui duduk persoalanya dan dicarikan jalan keluarnya dan pihaknya tentu akan menerima. “Semestinya cara yang santun mereka tempuh. Toh kita malah senang cara yang santun, “pungkasnya.
Polisi yang datang ke lokasi terjadinya kericuhan tersebut, akhirnya membawa kedua pihak ke Mapolres Pasuruan untuk proses lebih lanjut. Dalam pertemuan yang dipimpin Kapolres Pasuruan, AKBP M Aldian, disepakati kedua pihak tidak akan mempersoalkan kembali atas aksi saling ejek di medsos tersebut dan perselisihan diantara kedua kubu selesai dengan aksi damai.
Hal itu diwujudkan dengan tanda tangan kesepakatan bersama bermaterai dan saling memaafkan untuk tidak mengulang kembali. “Kejadian ini karena kesalah pahaman saja diantara mereka. Namun dengan pertemuan tadi, semua persoalan sudah selesai. Kami hanya menghimbau agar siapapun untuk selalu berhati-hati dan tidak asal main kalimat yang sengaja menyulut masalah di media sosial, “pesan Kapolres. dul