SURABAYA | duta.co – Forum Kebangsaan Jawa Timur (FKJ) bekerjasama dengan Gereja Bethany menggelar haul Presiden Republik Indonesia ke 4 KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang ke 9. Acara haul ini dikonsep dengan dialog bertajuk “Merawat Kebhinnekaan Menjaga NKRI” dengan menghadirkan pembicara dari tokoh lintas agama dan profesi, Sabtu (19/1/2019).

Acara ini sangat meriah, berbagai elemen lintas agama datang untuk mengenang dan mengungkapkan jasa-jasa yang dimiliki Gus Dur selama hidup. Dalam dialog tersebut, hadir tokoh-tokoh lintas agama yang memaparkan perjuangan Gus Dur untuk menjaga NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Diantara tokoh lintas agama yang hadir adalah Prof.Dr.H. Nur Syam Guru Besar UIN Sunan Ampel, I Gusti Ketut Budhiarta Sekretaris PHDI Jatim, Dr. Hana Amalia Ketua Yayasan Pondok Kasih, Romo Bingki Irawan Rohaniawan Konghucu, RD. Alexius Kurdo Irianto Rohaniawan Khatolik, Letkol Didik Suryadi dari mewakili Pangdam 5 Brawijaya, AKBP Yuliana Wiwik Juniwati mewakili Kapolda Jatim dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Timur.

Letkol Didik Suryadi memandang, Gus Dur memiliki kekuatan untuk mempersatukan bangsa. Kelebihan ini masih bisa dirasakan hingga saat ini. Hal itu bisa dilacak dari beberapa gagasan Gus Dur yang masih relevan dengan kondisi kebangsaan terkini.

Letkol Didik menyitir perkataan Gus Dur yang cukup fenomenal. Bahwa tak penting apapun agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan seuatu yang baik untuk semua orang, orang tak pernah tanya agamamu.

“Perkataan ini mengandung nilai agama, kerukunan, keadilan, solidaritas, toleransi, persatuan, kebhinbekaan. Jadi kalau kita bisa menghayati ini (pernyataan Gus Dur), maka persoalan bangsa selesai,” jelasnya.

Sayangnya, agama sering menjadi kambing hitam dalam beberapa kasus konflik di tanah air. Hal ini terjadi bukan karena agamanya, melainkan manusianya yang mulai meninggalkan karakter asli bangsa Indonesia.

Menurutnya, karakter bangsa Indonesia dikenal dengan religius, jujur, sopan santun, suka menolong, gotong royong, toleransi, empati, semangat kebangaaan, cinta tanah air dan pekerja keras. Selain itu, bangsa Indonesia juga melupakan nilai-nilai pancasila dan kebhinnekaan.

“Maka penting membangun karakter, karena kalau tidak dilakukan bangsan Indoensia akan menjadi bangaa kuli. Dan karakter itu sudah dibangun sejak dini. Masalahnya, guru tidak mau lagi melakukan itu karena takut pidana. Padahal guru kalau menghukun dalam rangka membangun disiplin dan nilai moral,” ungkapnya.

Setelah berdiskusi, para tokoh ini melanjutkan dengan melakukan deklarasi anti hoaks dalam menyambut pemilu. “Kami menggelar haul Gus Dur dan melakukan deklarasi anti hoaxs,” kata Koordinator FKJ Ahmad Nur Aminuddin.

Amin mengatakan acara ini sebagai bentuk menjaga keutuhan negara. Setelah itu pihaknya akan bersinergi dengan KPU dan Bawaslu untuk bersama-sama mengawasi proses pelaksanaan pemilu.

“Bawas juga sudah meminta agar anggota FKJ didaftarkan sebagai sebagai relawan pemantau pemilu,” ujarnya.

Menurutnya semua anggota FKJ tersebar diseluruh kabupaten/kota di Jatim akan terlibat dalam pemilu. Mereka memiliki kewajiban untuk memantau perkembangan. Jika ditemukan adanya masalah, mereka akan melaporkan sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

“Kita akan awasi kalau ada yang melanggar akan kita laporkan kepihak berwenang,” tambahnya.

Saat ini, lanjut dia, untuk mengantisipasi berita hoax pihaknya sudah membentuk tim cyber yang bekerja lewat berbagai akun media social atau medsos. Mereka akan melakukan pengawasan dan mengumpulkannya.

“Kita amati dan laporkan terhadap berita yang mengoyak kerukuan dan membuat bangsa ini dalam kondisi buruk, juga kampanye hitam atau blackcampign. FKJ sudah menjalin kerjasama dengan Polri dan TNI dalam penanganan berita-berita hoax,” tuturnya.

AKBP Wiwik berpesan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dan diperdaya dalam pemilu nanti. Sebab, di dalam politik mudah menyulut kegiatan yang tidak diinginkan.

“Ini tugas polri untuk keamana dan melindungi masyarakat. Dengan kondisi saat ini ada potensi kerawanan, radikalisme, profokasi dan hoaks saat ini sedang marak,” ungkapnya.

Prof Nur Syam mengatakan, politik aliran dan politik identitas saat ini sudah tidak menguat lagi. Bangsa Indonesia sudah semakin dewasa dalam menghadapi pemilu. Tetapi tantangan terbesar dalam pemilu adalah munculnya berita bohong alias hoaks.

“Kita masih menghadapi satu kenyataan, masih menguatnya hoaks di era cyber war. Ini tidak bisa dihindari,” ujarnya.

Menurutnya, sangat penting membangun politk santun dan penuh kebersamaan ke depan. Politik tanpa etika harus direduksi sedikian rupa sehingga bangsa Indonesia lebih santun dalam berpolitik. azi

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry