
Kegiatan bertajuk Pengenalan dan Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Ternak serta Pengolahan Daging itu diikuti 50 orang yang tergabung dalam Kelompok Ternak desa setempat.
Sosialisasi ini merupakan bagian dari agenda rutin pengabdian masyarakat dalam program ENIMAS yang dilaksanakan oleh dosen-dosen FKH.
Sosialisasi ini diketuai drh Marek Yohana, MVet dan beranggotakan Dr drh Eko Prasetyo Nugroho dan drh Yhogga Pratama Dhinata, MSi.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat Desa Pulosari terkait tata laksana pencegahan kasus PMK yang mana akhir tahun lalu terjadi peningkatan kasus di beberapa wilayah di Jawa Timur. “Masyarakat juga diharapkan mampu secara bijaksana mengolah produk pangan asal ternak dalam hal ini daging di tengah tingginya Kasus PMK,” kata drh Marek Yohana.
Ketua Kelompok Ternak Desa Pulosari, Mujito menyambut baik kegiatan sosialisasi ini. Dikatakannya, kegiatan seperti ini merupakan wadah untuk mendapat informasi terkini mengenai PMK.
“Hal seperti ini kami harapkan bukan hanya sekali namun dapat dilaksanakan berkelanjutan ke depannya, sehingga kami bisa turut serta aktif membantu pemerintah dalam mengendalikan dan mencegah terjadinya PMK di wilayah kami,” tambahnya.
Rangkaian kegiatan sosialisasi ini diawali oleh sambutan serta paparan yang disampaikan drh Marek kepada peternak. Dalam paparannya drh Marek menyampaikan varian virus PMK yang ada saat ini. “PMK ini suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, dan terdapat sebanyak 7 varian yang telah teridentifikasi yaitu tipe A, O, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1,” tuturnya.
Sementara drh Yhogga menyampaikan kasus PMK yang ada di Indonesia dan Asia Tenggara sendiri diketahui mayoritas disebabkan oleh varian O, sehingga program vaksinasi yang dilakukan selama ini memakai vaksin strain tipe O.
“Meskipun program vaksinasi sudah dilakukan dalam beberapa kali pemberian, namun hingga saat ini masih terdapat wilayah yang terjangkit PMK. Hal ini disebabkan belum dilakukan surveilans secara menyeluruh kasus PMK di Indonesia. Mungkin saja ada tipe virus selain tipe O yang ada di Jawa Timur,” tambahnya.
Vaksinasi bukan menjadi satu-satunya upaya mengurangi kasus PMK. Drh Marek mengimbau masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan diri, peralatan kandang dan limbah peternakan. Selain kontak langsung, virus ini dapat ditularkan melalui vektor, salah satunya adalah serangga di sekitar kandang yang dapat memindahkan virus.
Drh Eko menambahkan bahwa dalam upaya pencegahan penyebaran PMK juga perlu dilakukan desinfeksi peralatan kandang secara berkala, pengolahan limbah peternakan dan mengurangi jumlah vektor serangga. “Upaya pencegahan dan pengendalian dilakukan guna membatasi penyebaran virus dari hewan sakit ke hewan yang sehat, sehingga kita semua bertanggung jawab dalam mengendalikan kasus PMK,” tuturnya.
Vektor serangga juga memiliki peranan penting dalam menyebarkan agen penyebab PMK, sehingga kita harus mengontrol jumlahnya di sekitar kia. Penggunaan insektisida harus dilakukan secara bijaksana juga dikombinasikan dengan upaya fisik untuk mengurangi jumlah serangga tersebut.
Penanaman tanaman tertentu seperti sereh dan lavender di sekitar kandang juga mampu menghalau serangga mendekati ternak. Pembuatan jebakan serangga sederhana juga dapat dilakukan guna menurunkan jumlah serangga di sekitar kandang ternak.
Di tengah kasus PMK ini tentunya muncul kekhawatiran pada masyarakat akan keamanan mengonsumsi daging sapi. Dalam mengolah produk pangan asal hewan perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti menghindari konsumsi bagian tertentu dari ternak seperti tendon teracak, hidung sapi dan lidah. Penangan daging juga harus dilakukan dengan benar, diawali pelayuan daging dalam rantai dingin untuk mematikan agen yang mungkin tedapat pada daging, serta mengolah daging dengan memasaknya secara matang dan sempurna.
Dalam agenda sosialisasi ini FKH UWKS juga membagikan mineral blok dan desinfektan kepada peserta yang hadir. Mineral blok dapat diberikan pada ternak untuk membantu meningkatan imunitas dari ternak itu sendiri.
Pemberian desinfektan juga sebagai upaya agar peternak secara rutin melakukan pembersihan peralatan kandang. ril/lis





































