ADJUNCT PROFESSOR : Prof Delvac Oceandy (tengah) menerima piagam dari Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU(K) usai acara penyambutan di aula FK Unair, Kamis (15/11). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co – Prof Delvac Oceandy, pakar medical science dari University of Manchester Inggris hadir sebagai professor tamu di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair).

Penyambutan dilakukan Kamis (15/11) oleh Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU(K) bersama jajaran, di Aula FK Unair.

Kedatangan Delvac ini luar biasa. Karena dia adalah lulusan FK Unair 1989 dan sekarang berkiprah di kampus internasional.

Dekan FK Unair, Prof Soetojo mengatakan ajunct professor kali ini sangat luar biasa. Karena merupakan lulusan FK Unair yang tidak lupa pada almamaternya.

“Alumni kita tersebar di mana-mana. Dan kita patut bangga, salah satunya bisa datang ke sini dan menjadi ahli di kampus ternama di luar negeri,” ujarnya.

Prof Delvac ini menjadi salah satu produk FK Unair yang bisa membantu tercapainya Unair menjadi peringkat 500 dunia pada 2020 mendatang.

“Mohon kita dibimbing untuk pengembangan riset ke depannya,” ungkap Prof Soetojo.

Prof Delvac sendiri mengaku bangga bisa hadir kembali ke almamaternya.

“Saya ingat di tempat ini saya dilantik Prof Askandar yang waktu itu menjabat sebagai dekan FK Unair. Walau secara fisik saya berada di negeri orang tapi hati saya tetap di Surabaya, di FK Unair,” tandasnya.

Di University of Manchester, Prof Delvac memang lebih banyak fokus pada bidang cardiovaskuler atau penyakit jantung.

Penelitian-penelitiannya juga lebih banyak pada bidang itu.

Bahkan, diakuinya dia pernah mendapat dana USD 1 juta dari sebuah lembaga di luar negeri itu untuk membuat penelitian tentang penyakit jantung di delapan desa di Kabupaten Malang pada 2016 lalu.

“Waktu itu sebenarnya saya tidak dilirik. Ketika saya tawarkan ide itu mereka bilang kamu punya dana, saya bilang tidak punya. Oh ok, glad to see you,” ujarnya.

“Namun suatu hari saya dihubungi katanya ada dana untuk membiayai penelitian di negera berkembang dan saya tiba-tiba ingat kamu. Ya sudah dalam waktu 10 hari proposal pengajuan itu harus saya selesaikan, konkrit dengan lokasinya,” tambahnya.

Dari penelitian itu usia di atas 60 tahun, 80 persen menderita cardio vaskuler.

Namun hanya 20 hingga 30 persen yang melakukan terapi atau pengobatan, sisanya mereka tidak tahu kalau mengalami kelainan pada jantungnya.

Dalam penelitiannya itu, akhirnya Delvac membentuk kader-kader kesehatan di desa setempat untuk bisa melakukan deteksi dini terhadap masyarakat yang memiliki risiko jantung.

“Selama ini kader di masyarakat itu hanya untuk pasyandu dan sejenisnya. Penyakit jantung belum. Padahal ini penyebab kematian terbesar di Indonesia,” tandasnya.

Dari pembentukan kader ini, bisa mencegah satu dari tiga orang risiko tinggi cardio vaskuler.

Dengan pencegahan itu, satu orang bisa menghemat dana kesehatan sebesar Rp 70 juta dalam waktu lima tahun.

“Karenanya saya akan buat hal serupa ini bukan hanya delapan desa tapi di 100 desa di Indonesia. Dan hasilnya bisa dipakai dinas kesehatan setempat atau siapapun,” jelasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry