Tim FK Unair saat bertemu dengan tim ULM. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) akan mendampingi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM) untuk mendirikan program studi orthopaedi dan kardiologi.

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Budi Santoso,SpOG(K) mengaku siap membimbing FK ULM. “Semoga segera bisa mendidik sendiri mahasiswa program pendidikan dokter spesialis,” ujar Prof Bus, panggilan akrab Prof Budi Santoso.

Sebelumnya, FK Unair juga telah mendampingu FK ULM dalam mendirikan obgin yang dilakukan selama tujuh tahun.

“Memang sudah menjadi persyaratan bahwa pendirian prodi baru harus didampingi, FK Unair salah satu yang bisa memberikan pendampingan,” ungkapnya.

Dari RSU dr Soetomo Surabaya yang didampingi Prof Dr dr Cita Rosita Sigit Prakoeswa, SpKK (K), juga menyatakan kesiapan RSU dr Soetomo dalam mendukung pendirian prodi baru ini.

“Dalam pembukaan prodi baru ini tentu akan ada beberapa tantangan di lapangan. Semoga dengan support berbagai pihak, semoga prodi baru ini segera terwujud untuk Indonesia sehat ke depan,” tambahnya.

Dekan ULM, Dr dr Iwan Aflanie menjelaskan, pendirian prodi kardiologi dan orthopaedi ini menjawab permintaan dari Kementerian Kesehatan yang bertujuan untuk peningkatan pelayanan kesehatan, khususnya di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). “Karenanya kami mohon bantuan untuk menumbuhkan benih yg ada di kami,” ujarnya.

Pendirian prodi baru ini, lanjutnya merupakan komitmen FK ULM untuk membantu pemerintah mengatasi permasalahan kesehatannya seperti kekurangan dokter beserta maldistribusinya.

Hal yang sama disampaikan oleh Direktur RSUD Ulin, Dr dr Izaak Zoelkarnain Akbar. Dikatakannya, Ssebagai rumah sakit rujukan utama milik di Provinsi Kalsel, pihaknya terus berproses menyempurnakan layanannya.

“Ini merupakan upaya kami dalam menjawab tantangan gubernur untuk mendirikan dua prodi baru ini, orthopaedi dan kardiologi,” terangnya.

Tantangan utama dalam menjalankan rumah sakit di Kaltim adalah kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang ada. Seringkali dalam mengoprasikan beberapa departemennya, rumah sakit mendatangkan tenaga dokter spesialis dari Jawa. Namun seringkali dokter tersebut hanya bertahan tiga hingga lima tahun saja. “Karenanya, penting bagi kami mencetak dokter dari daerah kami sendiri,” tambahnya.

Apalagi ke depan, rumah sakit pendidikan ini ditunjuk oleh pemerintah menjadi pusat rujukan jantung di Kalsel. Karenanya, ia berharap kerjasama ini dapat berjalan dengan lancar dan lahir dokter-dokter spesialis kardiologi dan orthopaedi yang ahli. ril/end/hms