Kegiatan Festival Anak Istimewa yang digelar Fakultas Kedokteran. DUTA/ist
SURABAYA | duta.co – Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FK UNUSA) berkolaborasi dengan RSI Surabaya Jemursari dan Japan Corner UNUSA menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk ”Festival Anak Istimewa”.

Acara yang digelar pada Sabtu, 28 Juni 2025 ini dirancang sebagai bagian dari inovasi terapi perilaku berbasis budaya kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan mengusung unsur budaya Jepang melalui kegiatan pembuatan onigiri dan seni kaligrafi Jepang (shodo).

Kegiatan ini berlangsung secara inklusif di Ruang Pertemuan Fastron, Unusa Kampus B, dengan diikuti oleh 14 peserta ABK bersama orang tua/wali yang berasal dari berbagai sekolah dan komunitas di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Suasana kegiatan berlangsung hangat dan interaktif dengan antusiasme tinggi dari para peserta.

Mereka diajak mengenal bahan dan alat khas Jepang, berlatih membuat onigiri, hingga menulis huruf kanji melalui kaligrafi. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat interaksi sosial, tetapi juga melatih fokus dan keterampilan motorik halus anak.

Tidak hanya fokus pada anak-anak, program ini juga melibatkan para orang tua dan pendamping dalam sesi edukasi singkat mengenai pentingnya pendekatan terapi yang menyenangkan dan sesuai minat. Mereka diberikan pemahaman tentang bagaimana terapi berbasis budaya seperti memasak dan menulis kaligrafi bisa meningkatkan kemampuan fokus, regulasi emosi, serta keterampilan motorik halus pada ABK.

“Kegiatan ini merupakan puncak aktivitas terapi perilaku yang biasa dilakukan di RSI Jemursari. Karena Japan Corner UNUSA termasuk aktif berkegiatan, kami coba kolaborasikan sebagai pendekatan terapi berbasis budaya,” jelas dr. Hafid Algristian, SpKJ sebagai penanggung jawab program.

Saat ditemui di sela kegiatan, Hafid mengatakan banyak orang tua yang takjub terhadap perkembangan anaknya. ”Saya hepi, ternyata anak saya bisa,” ujar Hafid menirukan orang tua.

Sangat dipahami bahwa banyak orang memandang ABK sebelah mata. Dianggapnya tidak bisa melakukan ini, tidak bisa itu. Padahal kalau mau terlibat, banyak potensi diri anak yang bisa dikembangkan. ”Para orang tua itu ingin bisa, tapi belum tahu caranya,” ungkap Hafid.

Selama ini pendekatan terapi untuk ABK cenderung eksklusif hanya bisa dilakukan terapis kepada oleh anak. Lewat kegiatan budaya seperti kaligrafi dan kuliner Jepang, anak-anak bisa belajar sambil bermain dalam suasana yang menyenangkan.

Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian program standardisasi layanan terapi perilaku yang dikembangkan Unusa bersama RSI Surabaya Jemursari. Sebanyak 6 mahasiswa FK Unusa, 1 perwakilan dari Japan Corner, dan 3 terapis dari RSI Surabaya Jemursari telah mengikuti pelatihan intensif yang berfokus pada implementasi terapi budaya Jepang untuk ABK.

Sertifikasi diberikan kepada terapis perilaku sebagai pengakuan terhadap kompetensi mereka dalam mengelola terapi secara profesional dan sesuai dengan kebutuhan anak.
“Tujuan kami bukan hanya melaksanakan satu kali kegiatan, tapi membentuk sistem layanan yang berkelanjutan dan bisa diadopsi oleh komunitas atau sekolah lainnya,” jelas dr. Hafid.

Dalam rangka menjaring lebih banyak peserta, promosi kegiatan dilakukan melalui jaringan komunitas dan sekolah inklusi di Surabaya, serta media digital. Pendekatan ini cukup efektif karena mampu menarik minat masyarakat secara lebih luas, khususnya para orang tua yang mencari pendekatan terapi alternatif yang humanis dan menyenangkan bagi anak mereka.

“Kolaborasi antara dunia akademik, fasilitas kesehatan, dan komunitas sangat penting agar ABK bisa mendapatkan layanan yang tidak hanya efektif, tapi juga menyenangkan dan berdampak jangka panjang,” tambah Ibu Raiza Aulia, S.Psi., M.Si., selaku terapis perilaku dari RSI Surabaya Jemursari.

Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, Festival Anak Istimewa diharapkan menjadi pijakan awal pengembangan terapi yang ramah, adaptif, dan berbasis budaya—demi mendukung tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus secara optimal. ril/hms

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry