MALANG | duta.co – Usai sukses menggelar Entrepreneur Online Talk, kali ini Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Malang (UNISMA) kembali hadir dengan mengundang praktisi Pasar Modal, Wawan Setiawan untuk mengupas tuntas kondisi pasar modal dan peluang investasi pada masa pandemi wabah covid-19.
Menurut Dekan FEB UNISMA, Nur Diana, SE, MSi dalam welcome speech menyatakan, krisis kesehatan berdampak nyata pada pertumbuhan perekonomian, terutama kinerja pasar modal. Diantara efek hal tersebut, melemahnya bisnis travelling, pariwisata, perhotelan serta transportasi akibat berbagai kebijakan social distancing, Phisycal Distancing maupun PSBB menyebabkan pelaku bisnis tidak mampu menjalankan aktivitasnya.
“Hal ini berimbas pada melemahnya kinerja keuangan maupun non keuangan perusahaan. Akibat bahkan laporan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan terjadi penurunan dalam beberapa minggu terakhir masa pandemi covid-19,” ungkap Nur Diana, Rabu (13/05).
Dekan yang dikenal inovatif ini melanjutkan, Indeks Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia mencatat ada banyak lini bisnis yang terkena. Salah satunya adalah disektor pariwisata terutama hotel-hotel, moda transportasi, yang mulai memulangkan karyawan dalam skala besar.
“Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pasar modal di Indonesia yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor yang saat ini menggempur dunia investasi adalah badai krisis kesehatan,” imbuhnya.
Ia menambahkan tentang pergerakan IHSG masa pandemi covid-19. Pergerakan IHSG dan nilai transaksi mulai menurun sejak Maret 2020, sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien postif corona untuk pertama kali.
“Sejak saat itu pergerakan IHSG terus menurun hingga mencapai titik terendah 24 Maret lalu. Kinerja pasar modal sangat terdampak dengan adanya pandemi. Hal ini tercermin dari menurunnya aktivitas jual-beli saham di bursa,” urainya.
Ia juga membeberkan, nilai rata-rata transaksi harian ambles hampir 24 persen dibandingkan penutupan perdagangan 2019. Fenomena ini harus dipahami mahasiswa yang mempelajari dunia investasi di pasar modal maupun pasar keuangan. FEB UNISMA sebagai lembaga pendidikan dengan tujuan menghasilkan sumber daya manusia unggul wajib memberikan bekal kepada calon lulusanya. Agar mahasiswa memahami kondisi ini dan bagaimana menjalankan strategi investasi yang smart di era Pandemi.
“Banyak mahasiswa kami sudah jadi investor di pasar modal dengan memanfaatkan trading di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia yang dimiliki FEB UNISMA,” ujar Nur Diana.
Sementara itu Wawan Setiawan, narasumber praktisi pasar modal sekaligus alumni prodi akuntansi FEB UNISMA memaparkan materinya secara daring dari kantornya di Surabaya. Ia menyampaikan tentang kondisi pasar modal global yang mengalami kelesuan dan imbasnya terhadap pasar modal di Indonesia. Ia juga membahas tentang perbedaan krisis 2008 dengan 2020 ini.
“Ada beberapa isu yang menghantam pasar modal diantaranya isu tentang corona, melambungnya harga emas, jatuhnya indeks dunia, jatuhnya harga minyak, pelambatan ekonomi serta pelemahan mata uang,” ungkapnya di hadapan seluruh peserta online guest lecture.
“Pandemi yang disebabkan virus corona tak hanya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat saja, tetapi juga menghantam sektor perekonomian yang berdampak cukup dalam parah,” tuturnya.
Wawan menjabarkan pula, bahwa corona menimbulkan kegaduhan para investor dan masyarakat karena ketidakpastian pasar yang terus menunjukkan pelemahan.
“Adanya pelonggaran PSBB telah memberi angin segar pada sektor riel, namun kita perlu mewaspadai beberapa hal di antaranya, skenario terburuk ekonomi Indonesia, di mana Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa skenario berat Indonesia bisa tumbuh 2,3% dan skenario sangat berat pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 0,4%,” paparnya.
Pada akhir sesi, Wawan memberikan kiat-kiat untuk berinvestasi kepada seluruh peserta. Di saat market seperti ini, kata dia, sebaiknya berada pada Time in Market, supaya tidak kehilangan momentum recovery.
“Saat investasi cari defensit sektor farmasi, konsumsi dan telekomunikasi, jangan lupa pegang uang cash dan yang terakhir tetap lakukan diversifikasi instrumen saat investasi,” pungkasnya. (dah)