Tantri Dekan FS Unitomo menyerahkan jajan pasar kepada Tokunaga untuk dicicipi. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co  –  Fakultas Sastra Jepang Universitas Dr Soetomo Surabaya (Unitomo) menggelar Kondankai atau diskusi dan ramah tamah ke-75 yang dihadiri 16 ekspatriat Jepang di Jawa Timur Kamis (2/5).

Diskusi budaya tersebut mengusung tema tentang jajanan tradisional Jepang dan Indonesia atau Nihon to Indonesia no Dentoutekina Okashi.

Kordinator acara, Cantika Olivia, Kondankai kali ini tidak hanya melatih keterampilan percakapan berbahasa Jepang namun memperkenalkan beberapa produk budaya seperti jajanan khas Indonesia.

“Semula kami akan manyajikan nasi tumpeng tapi itu sudah terlalu mainstream. Jadi kali ini giliran jajan pasar seperti lupis, klanthing, ketan, sawut, gempo dan puli,” ujar mahasiswa Sastra Jepang semester enam ini.

Antusiame ekspatriat pada Kondankai kali ini sangat besar terutama ketika Tokunaga mencicipi beberapa jajanan tersebut..

“Indonesia dan Jepang adalah negara agraris. Banyak makanan dari Jepang dan Indonesia yang sama karena berbahan dasar beras dan ketan,”  kata ketua seksi kerjasama East Java Japan Club ini.

Menurutnya kesamaan dari sisi budaya pada penyajian beberapa jajanan  atau makanan juga diterapkan sesuai dengan acara atau pada upacara tertentu.

“Di Jepang untuk jajan Hina Rare biasanya disajikan pada saat Hina Matsuri (Upacara keselamatan / kesehatan anak). Sama seperti di Indonesia untuk ketan tetel biasanya disajikan saat upacara Turun Tanah,” imbuhnya.

Tidak dipungkiri makanan khas Jepang di Indonesia sangatlah populer, hanya saja  di negara asalnya–Jepang, proses pembuatannya biasanya dicampur dengan sake (anggur Jepang) dan Gelatin.

Dan berbeda bila jajanan ala Jepang tersebut dibuat di Indonesia tentu saja mengalami modifikasi karena disesuaikan dengan adat, budaya dan agama setempat.

“Asalkan tidak merubah bentuk, warna dan rasa  sepertinya tidak masalah,”  kata Tokunaga mengakhiri percakapan. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry