Rektor UIN Malang, Prof Dr Abdul Haris MAg (tengah) diapit oleh empat Srikandi pejuang pengembangan PTKIN, dalam acara Talk Show Syiar Ramadan.

MALANG | duta.co – Universitas Islam Negeri (UIN) Malang ternyata memiliki Srikandi-srikandi pembangunan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Di antaranya pejuang-pejuang pembangunan tersebut, terdapat empat dosen yang berkesempatan membeberkan kontribusinya. Uraian tentang peran meraka, dikupas dalam Talk Show Syiar Ramadan, dengan Host fenomenal, Prof Dr Abdul Haris MAg, selaku Rektor kampus ini.

Menurut Dr Hj Ilfi Nurdiana MSi, narasumber talk show ini, bahwa peran perempuan itu bukan hanya mengembangkan diri dan keluarganya saja. Namun memiliki peran ganda juga dalam membangun masyarakat dan negara. Sedangkan PTKIN merupakan bagian dari negara, dimana peran wanita di PTKIN sendiri memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh Universitas lain.

“Perannya yakni sebagai aktor, yang punya potensi lebih untuk bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja ikhlas. Dimana dalam seluruh bagian pengembangan Perguruan Tinggi, kaum wanita telah mengambil peran yang tidak kalah pentingnya dari kaum laki-laki,” ungkap Wakil Rektor III UIN Malang ini.

Senada, ditimpali narasumber kedua, Dr Hj Sulalah MAg, hadirnya Islam di abad 15 mengangkat derajat perempuan. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Ibnu Hajar yang menyampaikan bahwa tidak kurang 500 perawi hadis yang ternyata bergender perempuan. Hingga dapat dikatakan, bahwa diawal kehadiran Islam begitu cemerlangnya peran kaum perempuan. Di Abad 18 muncul sosok Rif’ah Rofiah yang dalam kitab karangannya gigih menggagas kesetaraan gender.

Narasumber ketiga, Prof Dr Hj Umi Sumbulah MAg, dalam kesempatan tersebut menyatakan, narasi kekerasan saat ini mendominasi di masyarakat. Maka dibutuhkan kecakapan dalam menyaring informasi, dan memahami Islam bukan agama konstektual saja. Namun lebih kepada prinsip nilai hidup, juga hak asasi manusia dan lain sebagainya. Oleh karena itu peran perempuan penting sekali dalam membentengi kasus-kasus pengeboman yang melibatkan keluarga.

“Ini karena kalangan keluarga di Indonesia sangat rentan terimbas radikalisme. Maka perlu diajarkan nilai keterbukaan, menghargai sesama, dan mengasihi makhluk hidup lain,” tukasnya.

Sedangkan Srikandi UIN Malang yang keempat, ialah Dr Hj Meinarni Susilowati Med, yang menurutnya jika berbicara tentang wanita, maka membahas juga tentang kemanusiaan. Pasalnya tidak bisa membicarakan satu jenis kelamin saja dengan manafikan peran yang lain,  tetapi mengenai manusia seluruhnya.

Peran perempuan dalam era globalisasi sebenarnya dapat diperluas lagi, karena memungkinkan mengisi banyak dimensi terutama dalam era teknologi. Dalam masa pandemi, sektor ekonomi terdongkrak oleh kaum perempuan yang membantu berbisnis di dalam rumah yang nilai sumbangsihnya tidak bisa dipandang sebelah mata.

Masih menurut Meinarni, tantangan perempuan dalam era ini semakin berat, lantaran mereka dituntut multitasking. Wanita sebagai madrasah di rumah, pengelolah keuangan, menambah penghasilan suaminya, dan dalam waktu yang sama ia menjadi duta besar untuk keluarganya. Maka perlu pranata untuk melindungi perempuan yang sesuai dengan kodratnya. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry