Ketangguhan mental tidak muncul begitu saja, proses membangun ketangguhan mental melibatkan berbagai aspek, termasuk pemahaman tentang diri sendiri, kemampuan untuk mengelola stres, serta pengembangan keterampilan coping yang efektif. Itu mengapa, penanaman mengenai ketangguhan mental perlu dipahami dan diketahui bagi setiap remaja.
Dosen Fakultas Kedokteran Unusa, dr. Hafid Algristian, Sp.Kj., M.H. mengatakan
di era modern ini, remaja dihadapkan pada berbagai tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mulai dari tekanan akademis, ekspektasi sosial, hingga dampak negatif media sosial.
“Semua ini berpotensi mempengaruhi kesehatan mental mereka secara signifikan. Ketangguhan mental juga berkaitan erat dengan kemampuan untuk bertahan dan bangkit kembali setelah mengalami kesulitan,” ujar dr Hafid saat seminar topik “Resilience in the Face of Adversity: Building Strength and Coping Skills for Adolescent Mental Health” dan berlangsung di Auditorium Unusa Kampus B, akhir Agustus lalu.
Dalam paparannya, Hafid menekankan bahwa ada empat kunci utama yang harus dikuasai oleh remaja untuk mampu mengatasi berbagai tantangan hidup dan meminimalisir stres. Pertama adalah the control ini melibatkan pengembangan keterampilan pengelolaan stres dan emosi, sehingga remaja dapat tetap tenang dan fokus meskipun dihadapkan pada tekanan.
Kemudian the ownership, remaja harus diajarkan untuk mengambil alih kendali atas tindakan dan keputusan mereka sendiri, serta tidak mudah menyalahkan orang lain atau situasi luar. Dengan memiliki rasa kepemilikan terhadap masalah, remaja akan lebih termotivasi untuk mencari solusi yang konstruktif.
Terakhir, Hafid berbicara tentang the reach dan the endurance dua konsep yang berfokus pada cakupan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan. The reach mengacu pada sejauh mana remaja dapat memperluas kemampuan mereka dalam mencari dukungan dan solusi, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar.
Sedangkan the endurance menekankan pentingnya ketahanan dalam jangka panjang, atau kemampuan untuk bertahan menghadapi kesulitan hingga mereka dapat menemukan jalan keluar.
Seminar ini turut menghadirkan dr. Amna Javed yang menjelaskan bahwa kesehatan mental bukanlah hasil dari satu faktor tunggal, tetapi merupakan akumulasi dari berbagai pengalaman yang dialami remaja sehari-hari, baik dari diri mereka sendiri, interaksi dengan keluarga, lingkungan sekolah, maupun kejadian tak terduga yang bisa menimbulkan trauma.
Amna mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran terhadap apa yang bisa dan tidak bisa kita kontrol. Dengan mengarahkan perhatian mereka untuk fokus pada apa yang bisa dikontrol, mereka akan lebih mampu mengelola stres dan mengurangi dampak negatif dari kejadian-kejadian yang berada di luar kendali mereka.
“Remaja sering kali merasa kewalahan oleh berbagai tekanan yang mereka hadapi, mulai dari tuntutan akademis, ekspektasi sosial, hingga pengalaman pribadi yang mungkin mengecewakan. Hal-hal yang bisa dikontrol seperti persiapan akademis, perencanaan keuangan, kesehatan, respon terhadap sesuatu, dsb,” ujarnya.
Amna menambahkan bahwa penting untuk menanamkan mindset optimis dan adaptif terhadap permasalahan kepada para remaja. Optimis disini berfokus pada
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru serta mendorong kolaborasi lintas institusi dalam mendukung tercapainya target SDGs, terutama pada aspek kesehatan mental remaja. Melalui seminar ini, Genus Unusa menunjukkan komitmennya untuk terus berkontribusi dalam menciptakan generasi muda yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan membekali remaja dengan keterampilan ini, kita membantu mereka menjadi individu yang lebih kuat dan siap menghadapi tantangan hidup dengan cara yang sehat dan konstruktif. ril/hms