SURABAYA | duta.co – Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Timur menggelar Press Conference APBN KiTa Regional Jawa Timur pada 30 April 2024. Acara yang berlangsung di Aula Majapahit GKN 1 Surabaya ini dilaksanakan secara luring dan daring melalui Zoom, serta dihadiri oleh perwakilan Kementerian Keuangan dan media lokal Surabaya.

Dalam konferensi pers tersebut, dilaporkan bahwa ekonomi Jawa Timur pada Triwulan I-2024 tumbuh sebesar 4,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Provinsi Jawa Timur tetap menjadi kekuatan ekonomi kedua di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 25,07% terhadap ekonomi Jawa dan 14,46% terhadap total PDB Indonesia.

Ekspor Jawa Timur pada Maret 2024 mencapai US$2,51 miliar, meningkat 34,75% (yoy) dan 39,10% (m-t-m). Ekspor non-migas mendominasi dengan 97,66% dari total ekspor. Impor pada bulan yang sama sebesar US$2,50 miliar, mengalami kontraksi 4,36% (yoy) namun tumbuh 4,03% (m-t-m), dengan impor non-migas mencapai US$1,87 miliar.

Inflasi di Jawa Timur pada April 2024 tercatat sebesar 3,25% (yoy) atau 0,36% (m-t-m), terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan pakaian. Komoditas utama penyumbang inflasi termasuk beras, daging ayam, telur, emas perhiasan, dan angkutan udara, yang terkait dengan momentum Idul Fitri.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara melalui Bandara Juanda pada Maret 2024 mencapai 18.543, naik 75% (yoy) meskipun turun 33,84% dibandingkan Februari 2024. Tingkat penghunian kamar hotel turun menjadi 43,53% dari 50,53% pada bulan sebelumnya, sementara rata-rata lama menginap meningkat menjadi 1,61 hari.

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur pada April 2024 turun 5,81% dari 114,22 menjadi 107,58, dipicu oleh penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 5,42% dan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,42%. Sebaliknya, Nilai Tukar Nelayan (NTN) naik 0,61% karena peningkatan It lebih tinggi dari Ib.

Realisasi pendapatan negara di Jawa Timur hingga April 2024 mencapai Rp89,01 triliun atau 31,93% dari target, dengan penerimaan perpajakan sebesar Rp86,6 triliun (31,69% dari target). Realisasi belanja negara tercatat Rp42,9 triliun atau 33,06% dari pagu, didukung oleh penyerapan belanja K/L dan transfer ke daerah. APBN di Jawa Timur hingga akhir April 2024 menunjukkan surplus Rp46,04 triliun atau 30,94% dari target.

Realisasi pendapatan APBD Konsolidasian Jawa Timur hingga 30 April 2024 mencapai Rp36,85 triliun (29,05% dari target), sedangkan realisasi belanja sebesar Rp22,22 triliun (16,14% dari alokasi), dengan surplus anggaran tercatat Rp14,63 triliun. Penyaluran kredit program mencapai Rp15.118,41 miliar kepada 336.742 debitur.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Untung Basuki, menyampaikan bahwa neraca perdagangan Jawa Timur menunjukkan surplus pada Maret 2024. “Ya, sebetulnya di bulan Maret ini neraca perdagangan Jawa Timur surplus. Terkait ekspor impor, ada ketentuan baru mengenai peraturan menteri perdagangan, yaitu Permendag Nomor 8 Tahun 2024, yang merelaksasi barang impor terkena kewajiban PI dan LS. Ini diharapkan mendorong ekonomi kita, khususnya bahan baku dan ekspor,” ujarnya, Senin, (20/5/2024).

Kepala Kanwil DJPB Jatim, Taukhid, S.E., M.Sc.IB., M.B.A., menambahkan, “Perkembangan kita sampai dengan akhir April ini menunjukkan tren positif. Penerimaan perpajakan tumbuh 8,03% (yoy), namun kita mengharapkan pertumbuhan di atas 10% hingga akhir tahun. Sisi belanja, terutama belanja modal, masih perlu ditingkatkan untuk mendorong multiplier effect yang lebih baik. Kami terus waspada namun optimis dalam menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5%,” ungkapnya.

Secara keseluruhan, kinerja ekonomi dan fiskal Jawa Timur menunjukkan tren positif pada awal 2024, dengan berbagai indikator ekonomi yang menguat dan realisasi anggaran yang baik. (gal)