Baksos dinas Pangan dan Pertanian IKA UNAIR di Desa Tropodo Kecamatan Krian penanganan PMK, Jumat, (20/5/22). (FT/LOETFI)

SIDOARJO | duta.co – Semakin merebaknya virus PMK (penyakit mulut dan kuku) pada sapi di Sidoarjo mendapat perhatian serius Pemkab khususnya dari Dinas Pangan dan Pertanian dengan menggandeng Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA) UNAIR dengan menggelar bakti sosial serentak di 16 Kecamatan di Sidoarjo, Jumat, (20/5/22). Salah satunya di peternakan sapi warga Desa Tropodo. Baksos dalam rangka Edukasi, juga bantuan tenaga dan obat-obatan serta sosialisasi untuk peternak dan penanganan.

Dijelaskan Prof Dr Mustofa Helmi Effendi drh DTAPH, juru bicara penanganan PMK FKH UNAIR kepada duta.co di lokasi, bahwa PMK bukan penyakit zoonosis. Dengan kata lain, tidak menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya dari manusia ke hewan.

“Artinya daging hewan terdampak PMK aman untuk dikonsumsi, dengan penanganan yang benar,” ujar wakil Dekan III FKH UNAIR tersebut.

Masih kata Prof. Helmi, dalam organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) itu organisasi kesehatan dunia, menyatakan bahwa penyakit ini tidak mempunyai dampak pada kesehatan masyarakat. Jadi kalau kita sudah memegang prinsip ini tidak perlu takut dengan penyakit ini untuk manusianya.

“Makanya kalau ada statement bahwa daging yang menderita itu menular pada manusia itu adalah hoax (bohong),” tegasnya.

Lebih jelas, Prof Helmi menerangkan, daging ini tidak menular pada manusia (aman). Jadi penyakit ini secara Epidemiologi (ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan) adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri.

“Kita biarkan tetap bisa sembuh sendiri. Tetapi lebih baik di lakukan terapi-terapi untuk meningkatkan performa supaya cepat sembuh atau terapi- terapi yang mencegah infeksi sekunder. Jadi virus ini yang ditularkan melalui udara, dalam hitungan detik lewat udara,” tambahnya.

Solusinya supaya tidak menyebar kandang-kandang disemprotkan desinfektan. Ini adalah virus yang menyerang hewan paling tinggi kemampuan penyerangannya, maka dari itu, perlu ditangani oleh orang yang berkompeten dalam menyelesaikan masalah ini.

Senada, Dekan FKH UNAIR, Prof. Dr. Mirni Lamid, drh, MP, dikonfirmasi duta.co mengatakan, dalam kegiatan ini, ada 65 mahasiswa sebagian besar berangkat dari fakultas dan rumah karena rumahnya berada di 16 Kecamatan di Sidoarjo ini.

“Kami juga ada dari Sagavet (Satriya Airlangga Veterani), adalah Alumni, bersama-sama fakultas kedokteran hewan dan alumni UNAIR. Ini merupakan Kabupaten ketiga kami masuk. Disini kita selain bantuan tenaga iya dan obat-obatan juga sosialisasi, edukasi untuk peternakan,” terang Prof. Mirni Lamid.

“Kami siap kalau para peternak menginginkan Kabupaten Sidoarjo adakan edukasi publik secara luas, untuk mereka edukasi kami siap membuka zoom meting,” pungkas Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR tersebut.

Sementara, Kepala Dinas Pangan dan Pertanian, Dr. Eni Rustianingsih, ST.,MT, kepada duta.co di lokasi menyampaikan, satu Minggu ini terjadi pergeseran terus dari total populasi 1.450an ada yang sembuh beberapa menjadi 1.114.

“Intinya penyakit ini bisa disembuhkan. Artinya PMK bisa disembuhkan, asalkan, pertama sanitasinya bagus, dan memang harus turun bareng, saluran air kandang jangan sampai lari ke kandang lain, kebersihan baju sekali menyelesaikan sapi satu harus ganti jadi harus extra bersih,” terang Eni.

“Kita dibantu oleh Unair dan Brawijaya bersama-sama menggerakkan dokter hewan pada hari ini. Untuk surat edaran Bupati, kebijakan Bupati terkait virus ini mengendalikan virus ini, masyarakat kita edukasi dan sebagainya bahwa susunya aman dan dagingnya aman asalkan sesuai suhunya dan dibersihkan,” pungkas Eni.

Ahmad Rifai, salah satu peternak sapi perah, mengatakan sangat terkendala karena sapi jika sakit hasil susunya menurun drastis. 150-200 liter bisa cuma 50liter per hari pagi dan sore. Satu kandang sekitar 45-50.

“Untuk pemerintah kami berharap pak Bupati bisa mengupayakan agar pinjaman-pinjaman kita yang dibank agar bisa ditangguhkan atau relaksasi. Kalau dari dinas baik potong paksa maupun jual paksa kita kerugiannya 50 persen ya dibantu lah pak mencarikan solusinya,” pungkas Ahmad Rifai.

Sementara, pemilik sapi perah dan sapi potong menambahkan, sangat was-was dengan adanya wabah PMK ini. Karena semua sapi yang di kandang sudah terkenal wabah PMK ini. Mereka was-was kalau memang sapi ini terdampak sehingga tidak bisa sembuh, otomatis tidak sampai idul Adha sehingga harus jual paksa.

“Saya dengan ketidakhadiran Pak Bupati, yang jelas saya khususnya sangat kecewa, kita sebagai peternak, apa lagi di desa Tropodo ini kita sudah kumpul bareng-bareng. Nanti istilahnya kalau bapaknya datang kita mau matur (ngomong) bareng-bareng, ternyata tidak datang,” pungkas Hj. Norotin, warga Dusun Klagen, Desa Tropodo RT 2 RW 4 Kecamatan Krian, tersebut. (loe)