Hinda Novianti, SST., M.Kes
Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK)
Dua pertiga bayi meninggal karena memiliki kebiasaan makan yang buruk. Antara lain tidak mendapat ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini atau terlambat. Tidak hanya itu bayi mendapatkan komposisi gizi yang tidak tepat, tidak lengkap, tidak seimbang dan tidak higienis.
Pemberian makanan tambahan atau MPASI yang tidak memadai baik dari jumlah maupun kualitasnya dapat menyebabkan gizi buruk pada bayi, sehingga dapat berakibat pada keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi dan balita.
Bayi yang mengkonsumsi energi dan protein yang tinggi dapat mempengaruhi efek pada pertumbuhan dan perkembangan serta daya tahan tubuhnya terhadap penyakit menular.
Dari 2022 hingga 2023, stunting di Kota Sidoarjo turun dari 16,1 persen menjadi 8,4 persen. Meski begitu, angka itu masih jauh di atas target jangka panjang nasional 2045 yang ditetapkan sebesar dua persen.
Berdasarkan data dari aplikasi e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) pada bulan timbang di posyandu pada Februari 2023 stunting di kabupaten Sidoarjo mencapai 5,3 persen atau sebanyak 4.986 balita terindikasi stunting. Kemudian di bulan Agustus 2023 mencapai 3,4 persen atau sebanyak 5.026 balita terindikasi stunting.
Pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan di desa Jedongcangkring Sidoarjo dimuali sejak awal Mei 2025. Jedong Cangkring adalah sebuah desa di kecamatan Prambon kabupaten Sidoarjo.
Secara keseluruhan Desa Jedong Cangkring berada di dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari lahan persawahan dan pemukiman. Mayoritas wanita disana merupakan petani dan ibu rumah tangga.
Di lingkungan desa ini masih banyak bayi dan balita yang mendapat makanan pendamping ASI instan, ada juga yang mendapat MP ASI rumahan buatan ibu namun dengan menu yang tidak seimbang dan monoton jarang berganti menu.
Akibatnya bayi balita kurang tertarik dan sulit untuk makan. Padahal didapatkan data dari penelitian tim bahwa bayi dan balita yang mendapatkan MP ASI rumahan buatan ibu lebih cepat proses perkembangan motorik nya dibanding bayi balita yang mendapat MP ASI instan yang banyak dijual di pasaran.
Di desa ini terdapat 97 ibu yang memiliki bayi dan balita serta kader kesehatan. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini kader serta ibu diberikan edukasi terkait pembuatan makanan pendamping ASI yang berbahan dasar lokal seperti ubi, kentang, buah dan sayur, ketela, yang tanpa MSG atau bahan pengawet serta pewarna.
Mereka diajarkan bagaimana membuat dan menyimpannya di lemari pendingin serta cara menghangatkannya kembali. Agar bayi tidak monoton dalam menu makanannya, ibu diajarkan beragam menu yang menarik agar bayi balita lahap dalam tiap makannya sehari-hari.
Kader juga harus bisa melaksanaknnya untuk diajarkan pada ibu-ibu lain yang saat ini masih hamil sehingga ilmu ini dapat dipakai dalam jangka Panjang.
Dalam satu tahun ke depan tim pengabdian masyarakat kami akan secara rutin pendampingan pada ibu dan kader terkait pembuatan makanan pendamping ASI berbahan dasar pangan lokal. *
Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry