Dosen Unusa bersama para kader usai memberikan edukasi pada ibu hamil tentang pre eklamsi. DUTA/ist

Edukasi masalah kehamilan di masa pandemi Covid-19 penting dilakukan. Karena, adanya keterbatasan tatap muka membuat edukasi tentang kehamilan menjadi sulit dilakukan sehingga banyak terjadi hal-hal tidak diinginkan pada ibu hamil. Salah satunya adalah tentang preeklamsi yang menjadi pembunuh nomer tiga bagi ibu hamil di Indonesia.
——-

Dua dosen dari program studi (prodi) Kebidanan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Nur Masruroh, dan Lailatul Khusnul Rizki serta dari Fakultas Kedokteran dr Renny Novi Puspitasari mencoba untuk memberikan edukasi tentang preeklamsi itu.
Edukasi diberikan pada ibu terutama ibu hamil yang ada di Kampung ASI, RT 03 Kelurahan Wonokromo Surabaya, akhir Juni 2021 lalu.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Ketua tim pengabdian masyarakat, Nur Masruroh mengatakan preeklamsi menjadi hal yang sangat penting diketahui para ibu terutama ibu hamil. Karena preeklamsi menjadi penyebab kematian ibu tertinggi ketiga di Indonesia. Sehingga memang hal-hal yang berkaitan perlu diketahui para ibu.

“Preeklampsi merupakan suatu komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tensi tinggi, oedem (bengkak) dan proteinuria (terdapat protein dalam urine),” ujarnya.

Edukasi ini sangat bermanfaat bagi para ibu hamil yang ada di sekitar Kampung ASI Wonokromo Surabaya. DUTA/ist

Preeklampsi terjadi kehamilan lebih dari 20 minggu. Dengan edukasi ini, masyarakat bisa memahami gejala maupun penanganan yang tepat. “Untuk mengantisipasinya harus melakukan kontrol kehamilan secara rutin, hingga minum obat penurun tensi,” terang Masruroh.

Jika menemukan tanda seperti nyeri ulu hati, bengkak seluruh tubuh dan atau kejang, hal ini harus segera ke petugas kesehatan. “Sehingga penanganan pre eklampsi bisa teratasi dengan baik,” jelas Masruroh.

Masruroh menjelaskan edukasi ini dilakukan dengan dua tahap, pertama, melalui zoom dan kedua dilakukan secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. “Selama pandemi ini kami melakukan edukasi dengan cara hybrid, online dan tatap muka secara langsung,” ungkapnya.

Di masa pandemi Covid-19, edukasi pada ibu hamil menjadi terhambat karena pertemuan tatap muka melalui posyandu masih belum bisa dilakukan. Sedangkan ibu hamil yang memeriksakan diri ke layanan kesehatan menjadi menurun karena ada rasa takut dan khawatir terhadap virus corona.

“Banyak ibu yang mencari melalui google tapi mereka banyak yang salah informasi. Sehingga pertemuan tatap muka seperti yang kami berikan ini membuat para ibu senang. Karena mereka bisa menanyakan secara langsung apa yang menjadi keluhan mereka selama hamil,” jelas Masruroh. ril/hms