
SURABAYA | duta.co – SMPN Kartika IV-11 Surabaya pagi ini menjadi tempat kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Eco-Enzyme Movement: Pembuatan, Pemberdayaan, dan Penguatan Kampanye Lingkungan melalui Media Sosial.” Kegiatan ini diinisiasi oleh mahasiswa Studi Independen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Alfiyah, Jingga Naura Yasmin, Palupi Kusumaningtyas, dan Valentina Indriyani Salianti, dengan dukungan Yayasan Bina Bhakti Lingkungan serta kolaborasi strategis dari pihak sekolah.
Program ini dirancang sebagai upaya penguatan literasi lingkungan bagi siswa SMP, sekaligus menumbuhkan peran aktif generasi muda dalam memerangi persoalan sampah organik di lingkungannya. Melalui rangkaian tiga materi inti, kegiatan ini menghadirkan pengalaman belajar yang komprehensif dan aplikatif bagi para peserta.
Tiga Materi Utama Membangun Agen Perubahan Lingkungan
Program Eco-Enzyme Movement: Pembuatan, Pemberdayaan, dan Penguatan Kampanye Lingkungan melalui Media Sosial disusun melalui tiga rangkaian materi komprehensif yang saling melengkapi. Setiap sesi dirancang untuk tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun keterampilan praktis serta kesadaran kritis siswa sebagai generasi muda yang peduli lingkungan.
Materi pertama berfokus pada pembuatan eco enzyme dan praktik langsung. Pada tahap ini, siswa diperkenalkan dengan konsep dasar eco enzyme sebagai solusi pemanfaatan limbah organik yang ramah lingkungan. Peserta tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga melakukan proses pembuatan eco enzyme secara langsung, mulai dari pengolahan bahan, pembentukan campuran, hingga pemahaman siklus fermentasi. Pengalaman praktik ini memberikan pemahaman menyeluruh tentang bagaimana sampah dapur dapat diubah menjadi produk ekologis yang bermanfaat bagi kebersihan dan lingkungan sekolah.
Materi kedua mengupas strategi pemberdayaan program eco enzyme berkelanjutan oleh Hafni Amalia Juniarti, S.P., M.Sc., Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surabaya. Sesi ini menekankan bahwa keberhasilan program tidak berhenti pada aktivitas pembuatan, tetapi pada bagaimana gerakan ini dapat menjadi budaya lingkungan yang terus berkembang di sekolah. Siswa diajak memahami konsep keberlanjutan, pembagian peran, serta bagaimana menerapkan program eco enzyme sebagai tindakan kolektif yang terstruktur. Mereka dilibatkan untuk memetakan langkah-langkah strategis agar program dapat berjalan konsisten, terukur, dan relevan untuk jangka panjang.
Materi ketiga menyoroti kampanye lingkungan melalui media sosial yang dibawakan Dr. Buyung Pambudi, M.Si., Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surabaya. Di era digital, kemampuan mengkomunikasikan pesan lingkungan secara kreatif merupakan keterampilan penting bagi generasi muda. Melalui materi ini, siswa belajar mengenai teknik storytelling visual, pengemasan pesan edukatif, serta penggunaan platform digital untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Para peserta didorong untuk membuat konten kampanye yang inspiratif sehingga mereka dapat berperan sebagai digital eco ambassadors yang mendorong perubahan perilaku di masyarakat.
Program ini juga menumbuhkan rasa percaya diri siswa sebagai bagian dari solusi. Dengan memahami cara membuat eco enzyme, menerapkan strategi pemberdayaan, dan mengampanyekan isu lingkungan secara kreatif, siswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan lingkungan baik di sekolah maupun komunitas tempat tinggalnya. Penguatan kemampuan literasi digital turut menjadi nilai tambah, karena siswa dapat menyampaikan pesan lingkungan secara efektif kepada publik melalui media sosial. Dalam jangka panjang, kegiatan ini diharapkan membangun budaya sekolah yang lebih hijau dan berkelanjutan. Ekp






































