
SIDOARJO | duta.co — Upaya pencegahan kanker leher rahim terus digencarkan melalui program pemeriksaan HPV DNA yang kini mulai diperluas hingga tingkat desa. Pemeriksaan ini dinilai sebagai langkah efektif dalam deteksi dini kanker serviks, sekaligus bentuk edukasi agar perempuan lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi.
Salah satu wilayah yang menjadi pelaksana pilot project pemeriksaan HPV DNA adalah Puskesmas Wonoayu, dengan Desa Pilang sebagai lokasi terpilih. Program ini telah berjalan sejak Januari 2025 dan direncanakan berlangsung selama sepuluh bulan.
Kepala Puskesmas Wonoayu, drg. Lailatul Mufida, kepada duta.co, Kamis (30/10/25), menjelaskan bahwa kegiatan tersebut diawali dengan berbagai tahap persiapan, mulai dari sarana prasarana, sumber daya manusia, hingga pelatihan kader kesehatan desa.
“Program ini dimulai dari tahap persiapan, baik dari sarana prasarana, sumber daya manusia, hingga pelatihan kader kesehatan desa,” terangnya. Ia merinci, dari sisi sarana dan prasarana, dilakukan dropping alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan.
Sementara dari sisi SDM, Puskesmas melatih dua unsur penting. Pertama, Kader kesehatan Desa Pilang yang dilatih dalam komunikasi antarpribadi (KAP) agar mampu melaksanakan tugas mengajak dan mengedukasi masyarakat terkait pentingnya pemeriksaan HPV DNA. Kedua, tenaga kesehatan (bidan dan dokter) yang dilatih untuk melakukan pengambilan sampel serta tindakan terapi thermal ablasi apabila hasil pemeriksaan dinyatakan positif.
Lebih lanjut, drg. Lailatul Mufida mengakui masih terdapat sejumlah kendala di lapangan, terutama dalam hal partisipasi masyarakat.
“Sebagian warga masih menolak atau enggan diperiksa karena berbagai alasan, seperti rasa malu, takut, tidak punya waktu karena bekerja, tidak tahu manfaat pemeriksaan, atau bahkan belum mendapat izin dari suami,” ujarnya.

Sebagai solusi, pihaknya melakukan berbagai pendekatan, di antaranya edukasi dan sosialisasi melalui kegiatan masyarakat seperti pengajian, arisan, serta pertemuan RT dan RW. Kerja sama dengan pemerintah desa dan pihak swasta, terutama pabrik yang banyak mempekerjakan perempuan, sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan di tempat kerja. Membuka layanan pengambilan sampel hingga pukul 19.00 WIB untuk memudahkan wanita bekerja. Mengedukasi para suami melalui forum warga agar mendukung istrinya melakukan pemeriksaan. Membuat konten kreatif dan siaran keliling untuk memperluas jangkauan informasi.
drg. Lailatul Mufida berharap kesadaran perempuan semakin meningkat terhadap pentingnya pemeriksaan HPV DNA. “Harapannya, perempuan makin sadar akan pentingnya deteksi dini kanker leher rahim, karena jenis kanker ini bisa dicegah. Malu atau takut bukan alasan, selama kita mau hidup lebih sehat,” pesannya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif menyebarluaskan manfaat pemeriksaan HPV DNA.
“Jika kita sudah merasakan manfaatnya, mari bersama-sama aktif mengajak dan menyebarluaskan informasi ini kepada semua perempuan yang kita kenal, agar bersama-sama kita bisa mencegah kanker serviks,” tutupnya.
Terpisah, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, dr. Lakhsmie Herawati Yuwantina, M.Kes., kepada duta.co menyampaikan, bahwa kader Posyandu menjadi ujung tombak layanan kesehatan berbasis masyarakat yang berperan penting dalam mendekatkan pelayanan kepada keluarga.
Menurutnya, dalam kerangka Integrasi Layanan Primer (ILP), Posyandu kini tidak hanya berfokus pada balita dan ibu hamil, tetapi juga mencakup seluruh siklus kehidupan, mulai dari bayi, remaja, dewasa, hingga Lansia. Karena itu, kader perlu dibekali 25 kompetensi standar yang meliputi keterampilan dasar pelayanan kesehatan, komunikasi, administrasi, hingga pendataan berbasis digital.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin meningkatkan kapasitas kader agar mampu menjalankan fungsi Posyandu sesuai standar ILP dan mendukung program deteksi dini penyakit, termasuk pemeriksaan HPV DNA sebagai upaya pencegahan kanker serviks,” jelasnya.

dr. Lakhsmie menambahkan, pelatihan ini juga bertujuan antara lain:
1. Meningkatkan kapasitas kader agar mampu menjalankan fungsi Posyandu sesuai standar ILP. Membekali kader dengan 25 kompetensi mencakup deteksi dini, edukasi kesehatan, pelayanan siklus hidup, dan pencatatan/pelaporan.
3. Mendorong kader menjadi mitra strategis Puskesmas, sehingga peran promotif dan preventif dapat berjalan optimal.
4. Memperkuat koordinasi antara kader, perangkat desa, dan tenaga kesehatan.
5. Mendukung transformasi layanan primer Kemenkes yang menekankan pencegahan penyakit dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Plt. Kadinkes menegaskan, kader kesehatan desa berperan besar dalam menyukseskan upaya deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan HPV DNA, karena mereka bersentuhan langsung dengan masyarakat dan menjadi ujung tombak edukasi kesehatan.
“Peran kader sangat penting dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan HPV DNA. Dengan kader yang terlatih, kita bisa memperluas jangkauan layanan dan memperkuat budaya hidup sehat sejak dini,” pungkasnya.
Beberapa warga yang enggan disebut namanya mengaku kontrol thermal ablasi, karena sebelumnya sudah dilakukan tindakan thermal ablasi di Puskesmas Wonoayu.
“Yang saya rasakan tidak apa-apa, biasa saja, asal tidak tegang saja. Dari awal sampai sekarang sebenarnya tidak ada keluhan, hanya memang tidak tahu kalau ada (kelainan) itu. Keluhan warga lainnya ya ada yang mengalami keputihan,” ujar warga Desa Pilang itu. (loe)
 
		































 
             
             
             
             
             
            




