(ki-ka) Sekretaris Daerah Kabupaten Sidoarjo, Dr. Fenny Apridawati, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Timur, Dr. Ir. Dyah Wahyu Ermawati, MA, Dirjen Farmalkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sekaligus Plt Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, Dr. Dra. L. Rizka Andalucia Apt., M.Pharm, MARS, Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Mulialie, Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia, dr. Eko Purnomo Sp.KN -TM(K) dan        Direktur Utama RSUD dr. Soetomo Surabaya, Prof Dr. dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, Sp.KK (K) saat ground breaking fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, khususnya Fluorodeoxyglucose (FGD), untuk keperluan deteksi dini penyakit kanker pabrik PT Global Onkolab Farma (GOF) Sidoarjo. (dok/duta.co)

SURABAYA | duta.co – Deteksi dini dan penanganan kanker di Indonesia masih terkendala sarana dan pra sarana. Akibatnya banyak pasien kanker Indonesia yang lebih memilih berobat ke luar negeri seperti ke Penang. Padahal kebutuhan di Indonesia sangat besar, makin cepat deteksi dini penanganan kanker makin baik untuk tindakan yang tepat.

Kanker menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian utama di Indonesia, tetapi sebagian besar penderita kanker datang ke rumah sakit ketika memasuki stadium akhir. Untuk itu, perlu upaya memperkuat deteksi dini terhadap penyakit kanker.

PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Global Onkolab Farma (GOF) meresmikan dimulainya pembangunan (groundbreaking) fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, khususnya Fluorodeoxyglucose (FGD), untuk keperluan deteksi dini penyakit kanker.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan sekaligus Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Lucia Rizka Andalucia kepada wartawan menyampaikan, apresiasinya atas pembangunan fasilitas ini. Sehingga penanganan diagnostik kanker semakin komprehensif.

“Jadi sekarang yang sudah ada [fasilitas produksi radiosfarmaka] itu di tiga rumah sakit. Yaitu di Rumah Sakit Darmais, Rumah Sakit Siloam Semanggi dan Rumah Sakit Gading Pluit. Saat ini sudah beroperasional,” katanya.

Namun keberadaan fasilitas-fasilitas itu tidak cukup menjawab kebutuhan diagnostik penyakit kanker. Sebab dikatakannya, ketiganya hanya khusus melayani kebutuhan masing-masing rumah sakit.

 “Nanti di Surabaya dan sekitarnya khususnya Indonesia Timur akan disuplai dari sini,” tandasnya.

Fasilitas produksi radiofarmaka yang memproduksi fluorodeoxyglucose (FGD) ini sangat diperlukan untuk menunjang layanan pemeriksaan Positron Emission Tomography and Computed Tomography Scanning alias PET/CT-Scan yang ada di rumah sakit. Sedangkan PET/CT-Scan adalah pemeriksaan pencitraan medis tingkat lanjut yang memberikan informasi mendetail tentang fungsi organ atau sistem dalam tubuh, khususnya untuk mendeteksi adanya penyakit kanker.

Bila dibandingkan MRI scan atau CT scan saja, PET-CT scan atau PET-MRI scan dapat memberikan lebih banyak informasi untuk penentuan tahap kanker. Sayangnya, fasilitas produksi produk radioisotop dan radiofarmaka dalam negeri yang tersertifikasi masih sangat minim.

Direktur PT Kalbe Farma Tbk Mulialie mengatakan fasilitas ini disiapkan untuk melayani rumah sakit di kawasan Jawa Timur. Ini merupakan pembangunan fasilitas Kalbe yang kedua, setelah Jakarta.

“Radiofarmaka produksi dalam negeri ini merupakan wujud kontribusi Kalbe untuk meningkatkan kemandirian kesehatan Indonesia. Pembangunan fasilitas di Surabaya merupakan fasiilitas kedua milik Kalbe, setelah dimulainya pembangunan di Jakarta pada 1 Februari 2024. Pembangunan fasilitas radiofarmaka dalam negeri merupakan bagian dari komitmen Kalbe untuk terus meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat, terutama dalam penanganan penyakit kanker,” ujarnya.

Mulialie menambahkan bahwa pembangunan fasilitas produksi radiofarmaka ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang kesehatan, yaituprogram transformasi kesehatan; serta sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

“Pendirian fasilitas produksi ini bagian dari kontribusi sektor industri dalam hal ini Kalbe untuk mengakselerasi pertumbuhan ekosistem radiofarmaka dan kedokteran nuklir di Indonesia. Peran dari para stakeholder lain tentulah sangat diperlukan, khususnya dukungan dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan, BAPETEN & BPOM. Tidak terkecuali dukungan dari Organisasi Profesi yaitu PKNI (Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia) serta komitmen dari Rumah Sakit sebagai garda terdepan pelayanan kepada masyarakat,” kata Mulialie.

Fasilitas produksi radiofarmaka yang akan dibangun ini direncanakan akan beroperasi pada tahun 2025. Fasilitas produksi radiofarmaka yang memproduksi Fluorodeoxyglucose (FGD) ini sangat diperlukan untuk menunjang layanan pemeriksaan Positron Emission Tomography and Computed Tomography Scanning (PET/CT-Scan) yang ada di rumah sakit. Ia berharap produksi radiofarmaka Kalbe dapat membantu memenuhi kebutuhan rumah sakit dalam pemeriksaan PET/CT-Scan sekaligus membantu memperluas akses ke lebih banyak pasien kanker untuk menjalani terapi kanker secara komprehensif.

PET/CT-Scan  adalah pemeriksaan pencitraan medis tingkat lanjut yang memberikan informasi mendetail tentang fungsi organ atau sistem dalam tubuh, khususnya untuk mendeteksi adanya penyakit kanker.  Dibandingkan MRI scan atau CT scan saja, PET-CT scan atau PET-MRI scan dapat memberikan lebih banyak informasi untuk penentuan tahap kanker.

Pemeriksaan PET-CT membutuhkan dengan ketersediaan radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose).  Sayangnya, fasilitas produksi produk radioisotop dan radiofarmaka dalam negeri yang tersertifikasi masih terbatas.

“Saat ini Kalbe telah menjalin kerja sama dengan rumah sakit untuk pemanfaatan radiofarmaka, tidak terbatas pada tatalaksana kanker/onkologi saja. Namun diharapkan dapat digunakan untuk penilaian jantung, neurologi, alzheimer, gangguan psikiatri/mental serta di bidang-bidang lain di dunia kedokteran,” tutup Mulialie.

Kerja sama antara Kalbe dengan pihak rumah sakit dapat memberikan nilai tambah pada layanan Oncology Center, yang ada di rumah sakit. Di antaranya, penyediaan dan pengembangan berbagai macam obat kemoterapi, layananradioterapi dengan mempersiapkan penyediaan radiofarmaka untuk mendukung layanan PET-CT ke depannya, serta layanan kanker lainnya, seperti produk nutrisi untuk perawatan kanker. imm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry