SEMARANG | duta.co — Dukungan atas pengusulan gelar pahlawan bagi KH Raden Asnawi terus bergema. Setelah sebelumnya, Pemkab Kudus dan beberapa institusi menggelar rangkaian seminar nasional, kali ini giliran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menggelar seminar internasional untuk mendukung penganugerahan gelar pahlawan bagi KH. Raden Asnawi.
Konferensi internasional ‘Pengajuan Gelar Pahlawan KH. R. M. Asnawi, pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama’, diselenggarakan di kantor PWNU Jateng di Jl. Dr. Cipto Semarang, Sabtu (10/02/2024).
Hadir dalam agenda konferensi ini, yakni pembicara nasional dan internasional: Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh, Gubernur Jateng Nana Sudjana, Pj Bupati Kudus Hasan Habibie, Wakil Sekjen PBNU Ahmad Gandjar Sya’ban, Guru besar sejarah Universitas Negeri Semarang Prof Waseno, KH Anashom Ketua PCNU Kota Semarang, dan Abdul Jalil (TP2GD Kudus). Sedang nara sumber internasional, yakni Nur Ahmad (PCINU Belanda), Nur Hasyim Diaspora Indonesia di Belanda/penelitian dan akademisi ), Syaikh Nazrul Nasir ulama Malaysia/Az-Zawiyah An-Nasiriyah), dan Ustadz Zuhal Allatif ( Ulama/Al-Amanah Singapura).
Pj. Bupati Kudus Dr. M. Hasan Chabibie mengungkapkan bahwa pihaknya dari Pemkab Kudus mengajak banyak pihak untuk ngalap berkah dalam proses pengusulan gelar pahlawan terhadap KH. Raden Asnawi. “Kiai Raden Asnawi ini perjuangannya luar biasa. Beliau merupakan penggerak pada zamannya, seorang pejuang yang melawan penjajah dan pendiri Nahdlatul Ulama. Kami dari Pemkab Kudus, berniat mengakselerasi pengajuan gelar pahlawan untuk KH. Raden Asnawi dengan tahapan dan regulasi yang ada, seraya mengajak sebanyak mungkin pihak untuk sama-sama berkolaborasi, berkhidmah bersama untuk proses ini,” terangnya.
Hasan Chabibie juga mengapresiasi semua pihak yang sudah bersama-sama mendorong pengajuan gelar pahlawan untuk KH. Raden Asnawi. “Kami mengapresiasi dan berterima kasih kepada banyak sekali pihak dalam proses ini. Mari kita terus bergandengan tangan, menjadi bagian dari gerakan bersama, untuk khidmah dalam proses yang cepat ini. Dukungan dari pelbagai pihak sangat terasa penting, dalam proses pengajuan gelar pahlawan ini,” ungkap Hasan Chabibie, yang juga Ketua Umum MATAN.
Dalam kesempatan ini, Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh mengungkapkan, bahwa dari berbagai peristiwa sejarah dapat diketahui bahwa jasa para kiai dalam merebut kemerdekaan Indonesia sangat besar dan riil, namun gelar pahlawan yang diperoleh perjuangan para kiai masih minim. Kiai Ubaid juga mendorong agar ada langkah sistematis dalam riset dan penulisan sejarah peran kiai-kiai dalam perjuangan kemerdekaan.
“Tentu ini terkait dengan dokumen sejarah yang dimiliki. Para santri memiliki sanad dari gurunya, bukan hanya secara keilmuan namun juga sand perjuangan. Untuk itu kami harapkan semua dokumen sejarah dapat dikumpulkan dan ditulis secara sistematis”, ujarnya di hadapan peserta konferensi.
Menurut Kiai Ubaid, Mbah KH. Raden Asnawi sebagai pendiri dan penggerak NU sudah cukup bukti untuk diangkap dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional karena banyak pihak mengakui dengan adanya perjuangan NU, Indonesia bisa merdeka. “Saya mengharapkan kader-kader NU mencatat sejarah peran kiai dalam perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua PWNU Jawa Tengah KH. Muzammil mengungkapkan bahwa almarhum Kiai Raden Asnawi mempunyai peran penting dalam pendirian Nahdlatul Ulama, serta mendorong konsolidasi kiai-kiai pesantren untuk melawan penjajah. Selain itu, KH. Raden Asnawi juga punya peran penting dalam masa-masa awal pendirian organisasi Nahdlatul Ulama. “Almaghfurlah Mbah Raden Asnawi merupakan penasihat atau mustasyar pada masa awal kepengurusan Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Kiai Muzammil menjelaskan bahwa Raden Kiai Asnawi punya jasa besar dalam perjuangan anti-kolonial. “Dengan kapasitasnya, sebenarnya almarhum almaghfurlah Mbah Kiai Raden Asnawi telah melampaui sekat-sekat primordial karena memiliki jasa yang besar bagi masyarakat lokal, namun juga nasional, bahkan internasional. Hal ini dibuktikan dengan kiprahnya sebagai A’wan dan Mustasyar NU pada masa awal berdirinya,” jelas Kiai Muzammil.
Wakil Sekjen PBNU Ginanjar Sya’ban menyampaikan, banyak dokumen atau arsip yang ditemukan terkait peran Mbah Kiai Raden Asnawi, juga manuskrip yang ada. “Mbah Raden Asnawi dan Mbah Kiai Abdul Wahab Hasbullah pernah berbeda pendapat, namun kemudian bisa bersatu dalam perjuangan seperti pada gerakan tasywirul afkar,” ujarnya.
Pihaknya menambahkan data bahwa Mbah Asnawi sangat alim karena menulis beberapa kitab, tidak hanya dicetak di dalam negeri, namun juga dicetak di Mesir tentang fiqih perempuan dan anak-anak. “Kiai Asnawi merupakan teladan dan pengasuh bagi murid serta mendapatkan gelar Syaikhona oleh Musthofa Al-BabibAl-Halabi,” terangnya.
Pembicara lainnya, Nur Ahmad (mahasiswa doctoral di Universitas Leiden, Belanda) juga mendukung penuh pengusulan gelar pahlawan terhadap KH. Raden Asnawi yang diiniisasi oleh Pemkab Kudus, pesantren-pesantren di Kudus, serta berbagai komunitas akademik dan perguruan tinggi di Jawa Tengah. Ia juga mendukung riset untuk mencari naskah-naskah sejarah serta dokumentasi pada zaman Belanda yang tersimpan di perpustakaan Leiden dan kampus-kampus di Belanda. (*)