KH Marzuki Mustamar (kiri) dan KH Anwar Manshur. (FT/NUO)

KEDIRI| duta.co – Tuntas sudah pemilihan Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur. Setelah tim ahlul halli wal aqdi (AHWA) yang terdiri dari KH Nawawi Abdul Jalil, KH Nurul Huda Jazuli, KH Kholil As’ad, KH Ubaidilah Faqih, KH Abdullah Kafabi, KH Agoes Ali Masyhuri dan  KH Safiudin Wahid memilih Rois Syuriah KH Anwar Manshur, Minggu (29/7/2018), dilanjutkan dengan pemilihan Ketua Tanfidziyah.

Ada 45 suara, terdiri dari 44 PCNU dan 1 PWNU, sementara PCNU Kangean tidak memiliki hak suara lantaran masa tugasnya habis. Hasilnya, KH Marzuki Mustamar memperoleh 30 dukungan, sementara KH Abdul Hakim (Gus Kikin) memperoleh 11 dukungan, selebihnya (4 suara) memilih KH Abdul Nasir Badrus. Dengan komposisi ini, maka, Konferwil yang berlangsung di PP Lirboyo ini, hanya memiliki satu calon, KH Mustamar, karena batas dukungan minimal 17 suara. Saat itu juga, ketua terpilih ditetapkan.

Ubah Gaya Kepemimpinan

Tampilnya Kiai Marzuki Mustamar sebagai Ketua PWNU Jatim, menjadi perhatian serius para pemerhati khitthah NU. “Rekam jejak beliau sangat politis, ini menjadi catatan serius perihal penegakan khitthah NU. Harapan kami, Kiai Mustamar bisa mengubah gaya kepemimpinannya dan tidak terjebak politik praktis,” tegas H Ali Azhar SH MHum, Ketua Umum Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) kepada duta.co usai pemilihan di arena Konferwil.

Masih menurut  Gus Ali, panggilan akrabnya, merujuk tahun politik, sebentar lagi ada Pilpres dan Pileg, maka, sangat dikhawatirkan NU terjebak pada urusan politik praktis. Ini tantangan bagi kita semua untuk ikut mengawal khitthah NU. “Dan, PWNU harus memiliki kepedulian menegakkan khitthah. Meski ada partai yang memberikan kontribusi (uang) banyak, bukan berarti partai tersebut bisa mengatur NU, bisa menggerakkan pengurusnya untuk politik,” jelasnya. (nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry