TOKO kelontong milik Makrus di pasar Baru Mojoagung, kesulitan menerima pasokan garam. (DUTA.CO/ NURUL YAQIN)

JOMBANG | duta.co – Keberadaan garam di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Jombang langka. Akibatnya, benda dengan rasa asin tersebut harganya mahal. Bahkan, kenaikan harga garam mencapai lebih dari dua kali lipat.

Di pasar tradisional baru Mojoagung, Jombang misalnya. Harga garam mengalami kenaikan cukup tinggi. Yakni untuk garam grosok yang semula Rp. 1.200,- menjadi Rp. 6.000,- perkilogramnya. Untuk garam lembut dari Rp. 3.800,- menjadi Rp 6.600,- perkilogramnya. sedangkan garam kotak dari harga Rp. 1.000,- perkotak menjadi Rp. 3.000,-.

Salah seorang pedagang garam di pasar Mojoagung, Makrus mengatakan, kenaikan tertinggi dialami oleh garam grosok (kasar,red) dan terjadi sejak menjelang hari raya hingga saat ini. ” Yang kenaikannya paling tinggi adalah jenis garam grosok, ” ujar Makrus Selasa (18/7) siang.

Menurutnya, selain mahal, ketersediaan garam juga mulai langka. Bahkan kiriman dari penyuplai garam di tokonya juga mengalami keterlambatan.”Ini saja sudah dua hari ini barangnya tidak ada. Janjinya dari produsen kemarin dikirim, namun hingga hari ini belum datang kirimnya,” terangnya.

Makrus menambahkan, kelangkaan serta mahalnya harga garam, juga mempengaruhi omset penjualan di tokonya. Jika sebelumnya dalam satu bulan dia bisa menjual hingga 500 kotak untuk garam kotak, 250 kilo untuk garam lembut serta 2 ton untuk garam kasar. ” Saat ini jangankan untuk berjualan, barangntya saja susah didapat, bagaimana mau jualan,” imbuhnya.

Hal senada juga diutarakan Sumarmi (45) pedagang toko kelongtong di Pasar Citra Niaga Jombang. Marmi juga kesulitan mendapatkan pasokan garam dari para distributor. “Biasanya seminggu tiga kali ada kiriman, saat ini hanya satu kali kiriman itupun dalam waktu dua hari sudah habis,” ujarnya. (Rul)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry