Mempraktikkan cara agar ASI bisa banyak diproduksi. DUTA/istimewa

Memberikan ASI Ekslusif pada bayi minimal enam bulan pertama memang sulit dicapai. Banyak kendala yang dihadapi sang ibu. Dukungan keluarga dan sosial penting bagi pencapaian itu. Sehingga membentuk sebuah komunitas harus dilakukan. Seperti yang dilakukan dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang membentuk KEDASI (Kedai Support ASI).

—-

KEDASI secara detail adalah kedai atau warung yang memproduksi, menjual barang dan jasa yang dapat meningkatkan motivasi, mengubah persepsi dan perilaku serta meningkatkan keterampilan setiap anggota keluarga guna tercapainya ASI eksklusif.

Tempatnya bisa di rumah warga. Barang yang diproduksi dan dijual di KEDASI bisa bermacam-macam terutama yang bisa meningkatkan produksi ASI. Saat ini sudah banyak makanan dan minuman yang bisa meningkatkan produksi dan kualitas ASI. Misalnya cookies daun kelor, ice cream daun kelor, cookies daun katuk, cookies 7 wortel, ice cream daun katuk, aneka jus booster ASI, aneka soup sehat untuk ibu menyusui, aneka olahan sayur untuk ibu menyusui dan sebagainya.

Tidak hanya barang atau makanan minuman, jasa pun bisa dijual di kedai itu. Misalnya jasa catering untuk ibu menyusui, pijat oksiktoksin, perpustakaan mini, konseling dan parenting ASI. Barang dan jasa tersebut dijual dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat. KEDASI juga memberikan sertifikat lulus pada ibu menyusui yang telah berhasil memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan

Dosen Unusa, Elly Dwi Masita secara detail memberikan gambaran tersebut bagi para ibu di Kelurahan Wonokromo Surabaya. Melalui program Pengabdian Masyararakat berjudul Pemanfaatan Rumah Keluarga sebagai KEDASI menuju Zero Sufor itu diharapkan program ASI Ekslusif bisa terwujud.

Dikatakan Elly, pengmas ini dilakukan karena bentuk keprihatinan.  Berdasarkan studi kasus yang dilakukan di RW 01 Kelurahan Wonokromo pada Maret sampai dengan April 2018, pencapaian ASI Sksklusif hanya 45 persen.

 Keadaan ini disebabkan beberapa faktor antara lain kurangnya pengetahuan ibu, pengasuh selain ibu tentang ASI Ekslusif dan kurangnya dukungan keluarga dan sosial sehingga bayi tersebut diberikan susu formula/makanan pendamping ASI (MPASI) sebelum berusia enam bulan.

“Berangkat dari keprohatinan itu saya mencoba melakukan sesuatu yang semoga bisa bermanfaat bagi semua warga,” ujar Elly.

Diakui Elly, selama ini sudah ada upaya dari pihak terkait tentang masalah ini. Misalnya dengan membentuk Kader INDRA (kader untuk asi eksklusif), kampanye ASI Ekslusif, membentuk kelompok pendukung (KP) ASI dan sebagainya.

 “Tetapi upaya tersebut masih belum mampu meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif karena belum menggugah aspek dukungan keluarga dan sosial,” tandas Elly.

 Dukungan keluarga dan support sosial dapat meningkatkan motivasi, mengubah persepsi dan perubahan perilaku. Jumlah dan kualitas ASI KEDASI adalah salah satu bentuk menciptakan dukungan keluarga dan sosial guna tercapainya ASI Eksklusif yang berasal dari keluarga untuk keluarga.

Tidak hanya kondisi itu, Elly mengatakan dari data yang selama ini dirilis, di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 28 per 1000 kelahiran hidup.  Sedangkan di Surabaya angka kematian bayi mencapai 6,89 per 1000 kelahiran hidup.

 Upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita saat ini adalah dengan melaksanakan program pelayanan balita beresiko dan memaksimalkan program ASI Eksklusif. Saat ini program ASI Eksklusif di Surabaya mencapai 65 persen yang artinya program tersebut belum berjalan optimal.

Dikatakan Elly, di  RW 01 Kelurahan Wonokromo memiliki 10 RT dengan kepadatan penduduk kurang lebih 65 yang berarti total jumlah penduduk sekitar 585. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin laki- laki berjumlah 1.100 sedangkan perempuan berjumlah 1.186.

Sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan setara SMA dengan total jumlah 685 orang dan bekerja sebagai wiraswasta. Hasil survei didapatkan pada Maret 2018 terdapat 17 ibu memiliki bayi berusia lebih enam bulan, namun hanya enam bayi yang mendapat ASI Eksklusif.

Data tersebut menjelaskan bahwa pencapaian pemberian ASI ekslusif belum mencapai target yang telah ditetapkan RW 01. Kondisi ini disebabkan karena 65 persen budaya masyarakat menganggap bahwa ASI saja belum bisa memenuhi kebutuhan bayi, bayi terlalu cepat lapar dan sering menangis kelaparan, Asi yang tidak keluar banyak.

Selain itu, masyarakat juga masih beranggapan bahwa susu formula memiliki kandungan gizi yang lebih baik dari ASI, membuat bayi cepat naik timbangannya, cepat besar dan bayi menjadi gendut.

Sedangkan bagi ibu yang bekerja sebagaian besar belum mengetahui tentang menajemen (Asi perah dan cara penyimpananya) ASI Ekslusif.

“Selama ini ada upaya yang dilakukan saat ini dalam rangka meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif adalah kampanye ASI oleh Puskesmas setempat. Juga dengan pembentukan kader balita dan KPASI. Namun, upaya tersebut masih belum menggugah paradigma masyarakat yang mal adaptif karena program tersebut belum menyentuh ranah dukungan keluarga dan support sosial,” jelas Elly.

Adapun bentuk dukungan keluarga dan support sosial diwujudkan dalam pembentukan KEDASI di setiap rumah, pendampingan satu pendamping untuk satu ibu menyusui. Anggota keluarga yang dimaksud adalah setiap individu yang tinggal serumah misalnya nenek, pengasuh, baby sitter, asisten rumah tangga dan sebagainya. “Setidaknya dengan cara ini diharapkan program ASI Ekslusif bisa berjalan lebih baik dan capaiannya bisa meningkat,” tukas Elly.  end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry