Desa Pongangan Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.
Yang dilakukan dengan pembuatan visualisasi data yang bisa membantu pengembangan SIM (Sistem Informasi Manajemen) dengan ini akan menjadi sistem informasi yang berbasis komputer.
Ini dirancang untuk bekerja dengan data yang memiliki data spasial. Sistem ini memiliki kemampuan untuk menangkap, memeriksa, menggabungkan, memanipulasi, menganalisis, serta memperlihatkan data yang secara spasial merujuk kondisi bumi.
“Teknologi SIM menggabungkan operasi basis data umum, seperti kueri dan analisis statistik, dengan keahlian penggambaran dan analisis unik yang untuk fungsi pemantauan dan pencegahan stunting,” kata Teguh Herlambang sebagai Ketua Tim.
Dengan demikian, kata Teguh, SIM dapat membantu dalam pengumpulan, penyimpanan, analisis, dan visualisasi data ibu dan anak, sehingga memungkinkan bisa didigitalisasi agar pengguna untuk membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi spasial yang relevan. Dengan adanya digitalisasi sistem informasi manajemen posyandu yang diberi nama dengan BocahCare, sangat membantu para kader posyandu dalam mengetahui dan mengantisipasi kasus stunting.
Sehingga sosialisasi terkait digitalisasi system informasi manajemen posyandu BocahCare sangat dibutuhkan oleh masyarakat Desa Pongangan. Di mana Sistem posyandu BocahCare memiliki banyak manfaat bagi kesejahteraan social, di ataranya pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, edukasi Kesehatan dan manajemen data.
“Bocah are Ini juga memudahkan petugas karena wilayah desa sangat luas yang memilikin keragaman tertentu baik dari segi geografis, keberadaan kualitas Sumber Daya Manusia, ketersediaan dari sumber daya alam dan keberagaman sosial budaya,” kata Teguh.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini mendapatkan pendanaan hibah dari program Pengabdian kepada Masyarakat tahun anggaran 2024 oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, riset dan teknologi Republik Indonesia. Dengan nomer kontrak 129/E5/ PG.02.00/PM.BARU/2024 tanggal 11 Juni 2024, nomor kontrak 046/SP2H/PKM/LL7/2024, dan 1095/UNUSA-LPPM/Adm.I/VI/2024 pada Tanggal 12 Juni 2024..
Dengan adanya kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi terkait tentang digitalisasi system manajemen posyandu Bocah are pada 9 Agustus 2024 lalu itu dapat membantu para kader dalam memantau dan mengantisipasi kasus stunting di posyandu masing-masing daerahnya. Di mana BocahCare ini memiliki fitur untuk membuat, mengelola, mengubah, dan menghapus data balita, termasuk informasi pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Selain itu sistem BocahCare ini juga dapat membantu mengelola jadwal pemeriksaan dan imunisasi, yang membantu mengatur dan mengatur pelayanan kesehatan anak.
Dan skstem BocahCare ini juga dipergunakan untuk melakukan konsultasi dengan petugas kesehatan melalui platform ini, mereka dapat mengajukan pertanyaan tentang kesehatan balita atau ibu.
Selain itu sistem BocahCare juga digunakan untuk untuk pengelolaan data vitamin, data orang tua dan balita, data kader atau pengurus posyandu dan laporan yang mencakup data pemeriksaan atau jadwal kegiatan. Implementasi dari penggunaan aplikasi BocahCare yang diberikan dalam pengabdian kepada masyarakat ini yaitu pendataan mengenai wilayah mana saja yang menjadi titik stunting, sehingga dari wilayah tersebut akan dilakukan pendampingan dalam pencegahan stunting.
Dengan pengoptimalan melalui pendampingan dan pemantauan tumbuh kembang anak yang di barengi dengan pengimplementasian pemantauan secara berkala.
Seperti diketahui, peningkatan kasus stunting di Indonesia masih menjadi perhatian serius. Terutama dengan prevalensi stunting yang mencapai 27,7% berdasarkan data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019.
Angka tersebut masih jauh di atas ambang batas yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20%. Untuk mewujudkan penetapan ambang batas yang dilakukan oleh WHO, pemerintah telah menginisiasi Rencana Aksi Nasional Gizi dan Ketahanan Pangan yang mencakup gerakan nasional pencegahan stunting melalui berbagai intervensi.
Namun, hasilnya masih belum memuaskan dalam menurunkan angka stunting sesuai dengan target yang ditetapkan . Prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 berada di 21,6%, sedangkan pada 2022 turun menjadi 19,2% .
Prevalensi stunting berdasarkan SSGI (Studi Status Gizi) dari Kementerian Kesehatan pada 2022, di Gresik mencapai 12,8%. Melalui program ini pemerintah Kabupaten Gresik berusaha melakukan pengoptimalan melalui pendampingan dan pemantauan tumbuh kembang anak yang dengan adanya program ini menjadi acuan dalam pengabdian kepada masyarakat untuk melakukan pendigitalisasian yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan. ril/lis