Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Sipil di UK Petra, Prof Antoni saat melakukan uji coba mendaur ulang abu terbang atau fly ash untuk dijadikan bahan baku beton, Rabu (9/3/2022). DUTA/Wiwiek

SURABAYA | duta.co –  Dosen Universitas Kristen (UK) Petra, Antoni, ST, MEng, PhD melakukan riset dengan memanfaatkan limbah abu terbang (fly ash) batubara yang banyak dijumpai di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Berkat penelitiannya ini, Antoni akan mendapatkan gelar guru besar dan berhak menyebatkan gelar  Profesor di depan namanya pada Jumat (11/3/2022) mendatang.

Dikatakan Antoni yang ditemui di kampus UK Petra, Rabu (9/3/2022), limbah batubara jika dibuang begitu saja, dibiarkan menumpuk dan tidak diolah, fly ash ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan secara masif.

Sebagai gambaran, di 2021 jumlah limbah fly ash yang dihasilkan di Indonesia  sebanyak 8,7 juta ton. Dan yang berhasil di daur ulang hanya lebih kurang 10%. Semula memang fly ash dikategorikan sebagai material B3, namun sesuai dengan PP nomor 22 tahun 2021, fly ash tidak lagi dikategorikan sebagai limbah berbahaya.

“Maka dari itu saya meneliti lebih jauh bagaimana caranya  mendaur-ulang Fly Ash ini agar bisa menjadi bahan baku beton yang berkualitas dengan mengurangi bahan semennya,” jelasnya.

Dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknik Sipil di UK Petra, Antoni berorasi tentang  “Potensi Abu Terbang Sebagai Material Sementisius dalam Pembuatan Beton Rendah Semen.

Pria yang kini menjabat sebagai Kepala Laboratorium Beton dan Konstruksi UK Petra tersebut ingin menekankan bahwa jika ingin memanfaatkan Fly Ash khususnya dari PLTU maka perlu juga memahami dengan baik kualitasnya.

“Sebagai limbah, tidak semua Fly Ash memiliki kualitas yang baik dan seragam. Maka dari itu Fly Ash itu perlu melalui berbagai tahap evaluasi terlebih dahulu. Dan jika sudah bisa memanfaatkannya dengan maksimal maka produksi beton di Indonesia bisa dilakukan secara massal,”  tambah pria yang menyelesaikan Doktornya di Hokkaido University, Jepang.

Selama ini fly ash sudah mulai dimanfaatkan dalam pembuatan beton di Indonesia, namun umumnya hanya dengan kadar rendah, antara untuk menggantikan semen sebesar 20-30% saja. Padahal, menurut Antoni, kadar penggunaannya ini masih bisa di tingkatkan kembali, bahkan hingga 100%.

“Agar kualitas beton dapat dijaga tetap bagus, kualitas fly ash yang digunakan perlu melalui proses quality control. Dalam penelitian, kami mengembangkan metode quality control mutu fly ash yang dapat dilakukan dengan cepat, yang kami sebut dengan Rapid Indicator,” kata Antoni yang sudah menghasilkan delapan buku itu.

Menurut dosen yang pernah meraih Best Paper di Konferensi Internasional di Singapore mengatakan Limbah abu terbang menjadi masalah lingkungan yang nyata. Pemanfaatan limbah abu terbang yang baik secara konsisten akan mengurangi masalah lingkungan, sekaligus mengurangi penggunaan semen, yang dimana proses produksinya juga menghasilkan gas karbon dioksida yang meningkatkan efek rumah kaca.

“Pemanfaatan semen yang efisien dan efektif, disertai dengan pemanfaatan limbah abu terbang sebagai material pengganti sebagian semen, mampu menghasilkan mutu beton yang baik dan tahan lama serta mempunya nilai ekonomis tinggi,” tambah Antoni yang telah memiliki 3 paten granted.

Lebih rinci dosen prodi Teknik Sipil UK Petra asal Pematang Siantar tersebut menjelaskan bahwa fly ash ini sendiri merupakan limbah dari proses pembakaran dari PLTU, maka kualitasnya juga bervariasi terhadap waktu.

Hal ini disebabkan adanya perbedaan sumber batubara, temperatur pembakaran batubara, dan variabel lainnya. Biasanya beton yang menggunakan fly ash ini akan berwarna agak kecoklatan dan terjadi peningkatan mutu pada umur lanjut. ril/wik

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry