Dosa besar jika umat Islam membiarkan kebiadaban ini. (FT/IST)

ANKARA | duta.co — Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengecam keras pembunuhan Muslim Rohingya di Rakhine oleh militer Myanmar. Ia menilai harus ada solusi permanen untuk mengatasi krisis Rohingya ini. Dosa besar, jika dunia Islam diam.

“Sejak dulu ada serangan sistematis terhadap Rohingya. Saudara-saudara kita telah mendapat tekanan, penganiayaan dan dideportasi,” ujar Cavusoglu dalam sebuah konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Maladewa Mohammad Asim di Ankara, seperti dilaporkan laman Anadolu Agency pada Selasa (29/8/2017).

Ia menekankan, negara-negara regional memiliki peran penting untuk menyelesaikan masalah dan krisis di Rakhine. Asim menyinggung tentang dukungan pemerintah Indonesia dan Malaysia terhadap Muslim Rohingya.

Tunjukkan Kepekaan Dunia Islam

Cavusoglu meminta masyarakat internasional, negara-negara Islam menunjukkan kepekaan terhadap isu dan tindakan tidak manusiawi yang dialami Muslim Rohingya. “Kami memanggil negara-negara Muslim dan pemimpin mereka dari sini. Kita tidak boleh diam dalam hal ini. Mari kita tunjukan kepekaan kita, jika tidak berdosa,” ujarnya.

“Mari kita membuat peringatan yang diperlukan terhadap Myanmar. Semua institusi seperti PBB, Badan Pengungsi PBB, dan Organisasi Internasional untuk Migrasi harus mengambil langkah tegas untuk sebuah solusi,”  tegasnya.

Kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Rakhine kembali merebak setelah terjadi serangan terhadap pos-pos perbatasan oleh gerilyawan Rohingya pada Jumat (25/8) lalu.  Sebanyak 77 gerilyawan dan 10 polisi serta satu tentara Myanmar tewas dalam peristiwa tersebut.

Pasca kejadian tersebut, beberapa media melaporkan bahwa pasukan keamanan Myanmar mulai melakukan tindakan represif. Ribuan penduduk desa Rohingya direlokasi, rumah-rumah mereka dibakar dengan mortir dan senapan mesin.

Sebuah laporan PBB menyatakan bahwa telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rohingya oleh pasukan keamanan Myanmar, yang mencakup kejahatan terhadap kemanusiaan. PBB mendokumentasikan terjadinya pemukulan, pemerkosaan, dan pembunuhan massal, termasuk pembunuhan terhadap bayi dan anak kecil secara brutal. Perwakilan Rohingya menyebut sekitar 400 orang tewas dalam operasi keamanan militer Myanmar yang terjadi Oktober 2016 lalu. (rep,net)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry