Gerabah Mojokerto ini sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu. Sentranya ada di Desa Mlaten, Puri, Kabupaten Mojokerto. Kira-kira lima kilometer di selatan Kota Mojokerto. Gerabah ini menjadi ikon Desa Mlaten, karena cukup banyak warga desa ini yang menggantungkan kehidupannya dari usaha gerabah ini.
Menurut catatan Pemerintah Desa Mlaten, ada 70 rumah tangga di Mlaten yang memiliki usaha gerabah. Mereka umumnya membuat gerabah berupa cobek dengan berbagai ukuran. “Dominan cobek. Ada gerabah lain tapi sangat kecil. Padahal sebenarnya para perajin juga bisa membuat gerabah lain yang lebih menjanjikan,’’ kata Kepala Desa Mlaten, Dwi Sisworini, usai pelatihan yang digelar dosen-dosen Universitas Airlangga (Unair), Sabtu (21/9/2024).
Dosen-dosen Unair dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis memang sudah dua bulan ini melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Mlaten. Temanya, pendampingan ekspor pengrajin gerabah Mlaten. Tujuan pengmas ini adalah mendorong usaha gerabah di desa ini untuk bisa melakukan ekspor, sebagaimana perajin gerabah Kasongan, Bantul, Jogjakarta.
“Kami ingin membantu warga Mlaten untuk bisa meningkatkan pendapatan dengan melakukan ekspor. Secara potensi, mereka punya kemampuan. Jadi, kalau dibina, dilatih, dan didampingi, kami yakin mereka bisa mengekspor produknya,” kata Dr. Imron Mawardi, ketua tim pengabdian masyarakat.
Program pengabdian ini dibiayai oleh DRTPM Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-ristek). Selain Imron, pengabdian ini dibantu anggota tim Prof. Dr. Tika Widiastuti dan Dr. Dien Mardiyah.
Selain itu, program ini juga melibatkan empat mahasiswa sebagai bagian dari program MBKM dari Program Studi Ekonomi Islam. Keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas pengabdian ini nanti akan dikonversi menjadi 9-12 SKS.
“Sesuai program pengabdian ini, minimal harus melibatkan dua mahasiswa yang dikonversi minimal enam SKS. Jadi ini bagian program MBKM juga. Alhamdulillah ada empat mahasiswa yang kami libatkan dalam kegiatan pengabdian ini,” jelas Prof Tika yang juga Wakil Dekan I Fakultas Vokasi.
Tiga Pelatihan dan Pendampingan
Program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan menjadi beberapa kegiatan. Ada pelatihan, pendampingan, dan bantuan fasilitas. Untuk pelatihan, ada tiga pelatihan yang diberikan kepada 25 perajin gerabah yang dibantu putra-putrinya.
Pelatihan pertama adalah pengembangan dan diversifikasi produk gerabah layak ekspor. Kegiatan ini dilaksanakan pada 10 Agustus 2024.
Untuk memberi gambaran tentang model dan kualitas produk gerabah yang berpotensi ekspor, tim Unair mendatangkan perajin yang berpengalamanan mengekspor gerabah dari Kasongan, Bantul, Jogjakarta, Mas Bisma. Dia memiliki Lembaga Pendidikan Gerabah Nangsib Keramik Kasongan, Jogjakarta.
Selain Bisma, pelatihan juga diberikan oleh anggota tim Pengmas, yaitu Dr. Dien Mardhiyah. Bu Dien—panggilan akrabnya—memberikan materi tentang jenis-jenis produk kerajinan, peningkatan value produk, dan alasan mengapa gerabah perlu diekspor.
Pelatihan kedua dilaksanakan pada 7 September lalu. Temanya adalah peningkatkan literasi teknologi dan memanfaatkan pemasaran digital sebagai sarana memperluas jangkauan produk lokal. Media sosial, branding, serta platform online seperti Facebook Marketplace menjadi fokus utama pelatihan yang berlangsung di Balai Desa Mlaten Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto ini.
Kegiatan ini dihadiri Kepala Desa Mlaten Dwi Siswarini, tim dosen Ekonomi Islam Unair, dan mahasiswa MBKM Pengabdian. Yang jadi narasumber adalah ketua pengmas Dr Imron Mawardi dan ahli digital marketing dan pengembangan UMKM, Erland Maulana. Pelarihan diikuti 27 pengrajin gerabah Desa Mlaten.
Pada pelatihan ini, Imron menjelaskan bahwa program ini difokuskan untuk membantu para pengrajin tradisional beradaptasi dengan era digital.
“Penggunaan media digital bukan hanya tren, tetapi kebutuhan. Lewat pelatihan ini, kami berharap pengrajin di Desa Mlaten bisa lebih percaya diri memasarkan produknya secara global,” terang ketua Imron yang kini juga Wakil Dekan Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Unair ini.
Selain sambutan, ketua pengmas UNAIR itu terjun langsung mengedukasi dan melatih pengrajin gerabah lokal mengenai teknik pemasaran. Namun sebelumnya, pelaku pengrajin gerabah wajib mengisi PreTest dan Post Test gunanya mengukur sejauh mana masyarakat lokal mendalami sebelum dan sesudah pelatihan.
Ia menambahkan, sekarang ini ada beberapa metode pemasaran yang populer, yakni content marketing, social media marketing, dan influencer marketing, terangnya. Menurutnya, pemasaran tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi juga membangun citra dan branding yang kuat di hadapan konsumen. Sehingga produk gerabah lokal Desa Mlaten bisa menembus pasar ekspor.
Sementara itu, Erland Maulana memberikan pelatihan praktek langsung menjual produk di Facebook Marketplace. Para peserta diminta langsung masuk ke akun facebook dan menggunakan Facebook Marketplace yang tersedia di masing-masing gawai mereka, membuat content, dan mengupload.
“Kita akan mencoba pelan-pelan mulai dari memposting produk Facebook-nya dulu. Supaya mereka lebih fasih dengan teknologi dan bisa membantu bisnis keluarga berkembang,” imbuhnya.
Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan, terlihat dari banyaknya yang mengajukan pertanyaan seputar aplikasi media digital bagi produk-produk mereka.
Pelatihan ketiga nanti berupa pelatihan melakukan ekspor, bagaimana mengenali buyer luar negeri, dan langkah-langkah ekspor.
Setelah itu, nanti dilakukan pendampingan langsung ke perajin, sehingga mereka bisa menawarkan produk gerabah, bernegosiasi, dan melakukan administrasi ekspor. Diharapkan, setelah program ini selesai, perajin gerabah Mlaten bisa mendiversifikasi produknya sehingga layak ekspor, memasarkan melalui media digital, dan melakukan ekspor ke mancanegara.ril/lis